Artikel “Imlek, Bolehkah Kita Merayakannya?” mendapat banyak sambutan dan tanggapan, ada yang meminta izin untuk memuat artikel itu dalam buletin gereja, ada yang mengucap syukur untuk artikel yang informatif, ringkas namun isinya padat itu, dan ada juga yang menanyakannya lebih lanjut. Berikut beberapa tanggapan yang masuk:
(Tanggapan-1) Setelah membaca artikel, saya tetap berkesimpulan bahwa ‘merayakan Imlek itu’ sah-sah saja seperti saling menghormati dan makan bersama keluarga besar.
(Diskusi-1) Kalau artikel tersebut dibaca dengan utuh tentu kesimpulannya sama, hanya artikel lebih memperjelas agar kita bisa memilah antara budaya geografis dan budaya religi, yang kedua harus kita tinggalkan agar kita tidak mendukakan Tuhan.
(T-2) Pada ayat pendahuluan artikel disebutkan a.l. ”Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.” (Galatia 4:9-11). Bukankah ini berarti bahwa kita tidak boleh memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun termasuk memelihara Imlek? Padahal, artikel ujung-ujungnya menyimpulkan bahwa merayakan Imlek sah-sah saja selama itu menjadi sarana menyampaikan panggilan Tuhan. Bukankah keduanya bertentangan?
(D-2) Sebenarnya keduanya tidak bertentangan melainkan saling melengkapi, apalagi isi artikel sejalan dengan konteks kitab Galatia fasal 4. Yang diharamkan adalah kalau kita merayakan hari, bulan, masa, dan tahun tertentu dalam kondisi masih sebagai hamba dan menuruti semua syariat yang ada di dalamnya, namun Paulus menasehati agar kita menjadi tuan yang dikuatkan oleh Roh Kristus, dimana seorang tuan tahu mana yang akan ia lakukan dan mana yang tidak ia lakukan, padahal seorang hamba akan menuruti segala sesuatu yang diperintahkan. Jadi seperti jawaban TD (1) maka kita bisa dengan sejahtera merayakan hari Imlek dengan berkunjung ke rumah orang tua untuk memberikan selamat dan hormat dan makan bersama keluarga besar, namun dalam iman kita bersikap sebagai layaknya tuan yang bisa menentukan mana aspek ‘budaya religi’ yang memperhamba kita dalam dosa dan mana yang merupakan ungkapan kebebasan karena Roh. Yang menjadi masalah disini adalah masyarakat Cina/Tionghoa cenderung memiliki sifat sinkretis yang mendarah-daging sehingga umumnya yang menjadi kristen pun masih diperhamba sikap sinkretitis demikian, itulah sebabnya Paulus menekankan agar kita menyadari arti penebusan Kristus (Gal.4:5) dan bahwa kita perlu penyertaan Roh Kristus (Gal.4:6) dalam hati kita agar kita tidak lagi takluk dan diperhamba roh-roh dunia.
(T-3) Saya kira kalau kita mengundang barongsai tidak ada salahnya, sebab sekalipun disimpan di kelenteng/vihara kita kan tetap bisa memainkannya sebagai olah raga budaya tradisional bukan?
(D-3) Perlu disadari bahwa figur Barongsai atau Liong bukan sekedar simbol hewan biasa, namun simbol hewan ‘Sesingaan’ maupun ‘Naga’ itu dipilih karena sifat magisnya. Ong Hean Tat yang mendalami simbolisme Cina dalam bukunya menulis:
“Dalam pemujaan dan dalam upacara magis yang terdapat dalam kebudayaan-kebudayaan religi, banyak bentuk simbol-simbol dianggap mempunyai daya misterius yang mempengaruhi orang. Daya ini adalah daya magis. … Simbol-simbol religi juga bisa ampuh karena simbol-simbol ini dalam dirinya mempunyai kemampuan untuk mengundang roh dan memerintah roh tersebut. … bagi orang-orang Cina kuna sejak zaman Dinasti Hsia desain-desain hewan itu tidaklah tanpa makna karena bagi mereka desain-desain tersebut mempunyai arti penting magis, yang seperti dicatat Cang (1983, hlm.74) berasal dari peran utama mereka sebagai pembawa berita dunia roh. … Seorang rahib Tao akan mengundang kekuatan-kekuatan langit atau roh lewat Hewan-hewan Perlambang.” (Simbolisme Hewan Cina, hlm. 5,6,10,24).
Perlu disadari pula bahwa dalam permainan Barrongsay dimainkan tambur dan simbal yang maksudnya sebagai pengantar kepergian dewa dapur ke langit dan untuk menyambutnya kembali ke bumi. Pemain barongsai juga adalah pemain silat yang harus menggunakan tenaga dalam dan meditasi mistik. ***
Salam kasih dari YABINA ministry www.yabina.org
|