Ruang Tanya jawab Agustus 1999 

Form untuk mengirim pertanyaan


SIAPAKAH YANG BERNAMA ALLAH ITU?

Belakangan ini dari kalangan Kristen banyak diajukan pertanyaan kepada Yayasan Bina Awam yang mempertanyakan kebenaran dari traktat berjudul "Siapakah yang bernama ALLAH itu?" yang diterbitkan oleh Yayasan Shiraathal Mustaqiim, Jakarta. Diskusi mengenai pertanyaan tersebut diuraikan dalam bentuk Tanya-Jawab berikut:

1 Benarkah bahwa yang bernama ALLAH itu dewa? atau tepatnya 'nama dewa Arab yang mengairi bumi' (Muh. Wahyuni Nafis, Melintasi batas-batas Agama, 1998, h.85) dan nama Dewa yang disembah penduduk Mekah? (Djohan Effendi (penterj.), Agama Manusia, 1985, h.258)

Dalam konteks agama Arab pra-Islam di Mekah bisa saja istilah Allah kala itu ditujukan pada dewa yang disembah orang Arab, tetapi istilah Allah itu bersifat generik yang asalnya berarti lain. Kutipan buku 'Agama Manusia' (h.258) di atas menyebut hal itu dalam konteks Arab Mekah di zaman lahirnya Islam (Huston Smith, The Religions of Man, 1963, h.204) padahal sebelumnya Smith menjelaskan bahwa dalam Al-Qur'an 'nama Allah berasal dari kata Al-Illah yang dipercayai oleh orang Arab sebagai sama dengan Allah Adam, Nuh, Shem dan Abraham' (Ibid, h.202). Dari Abraham keluar 2 keturunan, Ishak menurunkan bangsa Israel yang menyebut El, Elohim atau Eloah, sedangkan Ismael menurunkan bangsa Arab yang menyebut El Abraham itu sebagai Allah. Al-Qur'an tidak mengikuti pengertian Allah zaman itu dan mengertinya kembali mendekati kata 'El.' Dr.Daud H. Soesilo, konsultan Penerjemahan United Bible Societies, menyebut:

"Jauh sebelum kehadiran agama Islam, orang Arab yang beragama Kristen sudah menggunakan (baca: menyebut) allah ketika mereka berdoa kepada el, elohim, eloah. Bahkan tulisan-tulisan kristiani dalam bahasa Arab pada masa itu sudah menggunakan allah sebagai padankata untuk el, elohim, eloah. Sekarang ini, allah tetap digunakan dalam Alkitab bahasa Arab, baik terjemahan lama (Arabic Bible) maupun terjemahan yang baru (Today's Arabic Version). Dari dahulu sampai sekarang, orang Kristen di Mesir, Libanon, Iraq, Indonesia, Malaysia, Brunai, Singapura dan diberbagai negara di Asia serta Afrika yang dipengaruhi oleh bangsa Arab, terus menggunakan (baca: menyebut) kata allah - jika ditulis biasanya menggunakan huruf kapital "Allah" untuk menyebut Pencipta Alam Semesta dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, baik dalam ibadah mau-pun dalam tulisan-tulisan." (jurnal Forum Biblika, LAI, no.8/1998.)

Jadi nama Allah bukan diambil dari agama Islam, Al-Qur'an atau dari 'artinya yang merosot' sebagai dewa-air, tetapi dari sejarah jauh sebelumnya yang berasal dari istilah bahasa Semit (Shem) yaitu 'El' yang dipercaya Abraham. Ini diperjelas kutipan:

"Agaknya Kata "Allah" merupakan pengkhususan dari kata al-ilah (ketuhanan) ... Nama "Allah" telah dikenal dan dipakai sebelum al-Qur'an diwahyukan ... Kata itu tidak hanya khusus bagi Islam saja, melainkan ia juga merupakan nama yang, oleh ummat Kristen yang berbahasa Arab dari gereja-gereja Timur, digunakan untuk memanggil Tuhan." (Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, 1996, h.23)

Jadi nama 'El' dalam tradisi Israel atau 'Allah' dalam tradisi Ismael/Arab Kristen menunjuk pada 'El' yang disembah Abraham.

        2 Kalau begitu apakah 'El' nama Allah yang benar?

Di kitab Kejadian, kita jumpai nama 'El' yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sebagai 'Allah' (Kej.1:1). (Bagian kutipan ayat-ayat Alkitab terbitan LAI yang dikurung berikut adalah bahasa asli yang ditambahkan oleh penulis).

"Akulah Allah (El) yang di Betel itu ..." (LAI, Kej.31:13)
"Allah (Elohim) Israel ialah Allah (El)." (LAI, Kej.33:20)

Dalam Perjanjian Lama (PL) 'El' itu sama dengan 'Elohim' atau Eloah'. Istilah 'El' ini disejajarkan dengan nama 'Yahweh' dalam:

"Aku, TUHAN (Yahweh). Allahmu (Elohim), adalah Allah (El) yang cemburu ..." (LAI, Ulg.5:9).

Ketika Musa menghadap Allah, ia bertanya mengenai nama Allah dan mendapat jawaban "AKU ADALAH AKU (Kel.3:13), tetapi sekalipun demikian Allah menyebut selanjutnya:

"TUHAN (Yahweh), Allah (Elohim) nenek moyangmu, Allah (Elohim) Abraham, Allah (Elohim) Ishak dan Allah (Elohim) Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun." (LAI, Kel.3:15).

Dari terang ayat ini kita dapat melihat bahwa rupanya 'El' tidak menyebut nama spesifik untuk menyebut diriNya mungkin dengan maksud agar nama itu tidak dijadikan berhala atau mantra (band.Kis.19:13). Namun 'El' menyebut diriNya juga dengan nama 'Yahweh' (TUHAN) dan 'Elohim/Eloah' (Allah).

Sekalipun nama 'El' banyak dipakai, sama halnya dengan nama Allah (Al-Ilah) yang berasal dari bahasa Semit yang dalam bahasa Arab di jalur Ismael bisa merosot digunakan untuk menyebut nama Dewa Air di zaman pra-Islam di Mekah, penggunaan nama Elohim dalam jalur Israel bisa merosot juga.

Dalam Kel.32:1,4 kita dapat melihat bahwa 'allah Lembu Emas' yang disembah umat Israel saat Musa naik ke gunung Sinai dalam bahasa aslinya juga ditulis dengan kata 'Elohim,' padahal Tuhan dan Musa menyalahkan mereka dan agar mereka kembali kepada "Yahweh (TUHAN), Elohim (Allah) Israel" yang benar (Kel.32:27). Penggunaan nama yang sama untuk menyebut dua konsep berbeda tentang yang disembah. Dari sini kita dapat melihat bahwa nama El/Elohim atau diterjemahkan sebagai Allah adalah nama umum atau generik, bisa dalam pengertian semula, bisa merosot untuk menyebut misalnya 'Dewa Air' dalam jalur Ismael atau untuk menyebut 'Lembu Emas' dalam jalur Ishak, untuk itulah untuk membedakannya digunakan istilah yang diberi penjelasan yaitu 'Allah Abraham, Ishak dan Yakub.'

        3 Apakah arti sebenarnya dan perbedaan antara nama-nama El/Elohim/ Eloah,                   Yahweh dan Adonai?

Nama 'El' adalah nama pertama yang dipergunakan dalam Alkitab (Kej.1) yang bersifat generik dan kemudian digunakan oleh banyak bangsa-bangsa keturunan Adam. Yakub menyebut El dalam kedahsyatanNya (Kej.28:17) dan dalam bentuknya yang sekarang nama itu disejajarkan dengan nama Yahweh (ay.16). Memang El semula dikenal sebagai Allah di atas allah atau Allah Maha Tinggi dan kemudian untuk menyebut Allah Israel. Dalam bentuknya sekarang, dalam sanjak Bileam El tidak lain adalah Yahweh yang membawa umat Israel keluar dari Mesir (Bil.23: 8,19,22-23;24:4,8,16,23) dan di tempat lain nama El disebut sejajar dengan Yahweh (Maz.85:8-9;Yes.42:5) dan dijadikan padankatanya. Nama El ini kemudian tidak sekedar menyebut kata generik sebagai 'Allah tertinggi' tetapi dengan gabungan kata lain menunjuk Nama yang nyata seperti El Shadday (Allah Mahakuasa), El Elyon (Allah Mahatinggi), El Olam (Allah Kekal), El Bethel (Allah Bethel), El Roi (Allah Mahatahu), El Berith (Allah Perjanjian), dan El Elohe-Israel (Allah Israel).

Nama 'Elohim' banyak terdapat dalam Perjanjian Lama dalam pengertian sama dengan 'El' tetapi untuk menyebut nama Allah dalam bentuk jamak (Kej.1:26) tetapi kebanyakan juga sebagai bentuk tunggal dan untuk menyatakan TUHAN Yahweh Israel. Nabi Elia yang namanya berarti Allahku (El) Tuhanku (Yah), berkata di gunung Karmel: "Kalau TUHAN (Yahweh) itu Allah (Elohim), ikutlah Dia, dan kalau Baal, ikutlah Dia." (1.Raj.18: 21,37,39). Nama 'Elohim' menekankan bahwa 'Allah Pencipta adalah Tuhan yang mutlak atas ciptaan dan sejarah.'

Nama 'Eloah' adalah bentuk tunggal yang mirip Elohim. Baik El, Elohim dan Eloah menunjuk pada pengertian yang sama.

Nama 'Yahweh' sebenarnya terdiri dari 4 huruf konsonan YHWH yang disebut Tetragrammaton. Dalam tradisi naskah Pentateuch dikenal Musa sebagai TUHAN Allah yang membawa umat Israel keluar dari Mesir (Kel.20:2) tetapi dari tradisi naskah Pentateuch yang kemudian, nama itu digunakan dalam rangka Penciptaan bersamaan dengan 'Elohim' dan pada jaman Enos disebut bahwa orang mulai memanggil nama TUHAN (Yahweh, Kej.4:26). Mungkin perkembangan tradisi naskah ini terjadi untuk menjadikan Yahweh bukan saja sebagai Tuhan Israel tetapi juga Tuhan atas semua umat manusia. Tetapi, dalam tradisi akhir naskah Pentateuch kenyataan ini dimentahkan karena disebut bahwa nama yang digunakan adalah 'El-Shadday' (Allah Mahakuasa) dan sebelumnya kepada Abraham Ishak dan Yakub tidak disebut nama Yahweh kepada mereka (Kel.6:2-3), itulah sebabnya dalam tradisi naskah lain disebut bahwa nama itu baru diperkenalkan kepada Musa di gunung Horeb (Kel.3:1-14) pada saat mana 'El' menyebut nama DiriNya sebagai 'AKU ADALAH AKU.' Sekalipun demikian semua tradisi naskah mempercayai bahwa Musa tidak berkenalan dengan TUHAN Allah yang berbeda dengan yang dikenal leluhurnya, dan dari Musa-lah pengajaran tentang TUHAN Allah 'Yahweh' dalam terang Keluaran itu menjadi jelas.

Nama 'Adonai' diterjemahkan 'Tuan' atau 'Tuhan' sebenarnya merupakan nama panggilan untuk menghormati seseorang (1.Sam.24:9;26:17;Yer.22:18). Nama ini dikaitkan dengan nama 'Yahweh' sebagai 'TUHAN, Tuhan' (Yos.3:13; Maz.97:5) atau sebagai pengganti 'Yahweh' (Yes.6:1,8;Mik.4:13; Zak.4:14;6:5).

4 Nama adalah identitas diri, karena itu mengapa nama El, Elohim atau           Yahweh diterjemahkan?

    Sekalipun dalam Perjanjian Lama ada beberapa nama yang ditujukan untuk menyebut 'Yang disembah Israel' disitu tidak pernah ada keberatan dengan salah satu nama bahkan sering nama-nama itu dipakai bersama-sama atau menggantikan yang lainnya.
    Bahasa Ibrani adalah bahasa mati yang tidak digunakan sehari-hari, maka ketika bahasa Yunani menjadi bahasa hidup di Laut Tengah, pada abad III-BC, 72 tua-tua Israel dikirim oleh Imam Kepala di Yerusalem untuk pergi ke raja 'Ptolomeus Philadelphus' di Iskandariah (Afrika Utara) dengan membawa salinan 'Kitab Hukum' yang resmi yang selama 72 hari diterjemahkan ke bahasa Yunani. Terjemahan ini terkenal dengan nama 'Septuaginta' atau 'LXX' (artinya 70).
    Septuaginta secara resmi diterima oleh para Imam Yahudi dan dalam terjemahan ini istilah 'El, Elohim & Eloah' diterjemahkan sebagai 'Theos' dan 'Yahweh' sebagai 'Kurios.' Penterjemahan Theos dan Kurios ini tidak menjadi masalah bagi orang Yahudi maupun para Imam Yahudi. Kedua istilah Yunani inilah yang digunakan dalam penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa 'Yunani Koine.' Baik Allah, Yesus dan para Rasul menerima terjemahan itu, bahkan ketika membaca kitab Yesaya 61:1-2, Yesus membacanya dari 'LXX' (Kurios, Luk.4:18-19).

Dalam terjemahan PB (Yunani Koine) ke bahasa lainnya, nama 'Theos & Kurios' diterjemahkan sebagai 'God & Lord' (Inggeris) dan 'Allah & Tuhan' (Indonesia). PL (Indonesia) diterjemahkan dari bahasa Ibrani dimana 'El, Elohim & Eloah' diterjemahkan sebagai 'Allah' dan 'Yahweh' sebagai 'TUHAN' ('Yahweh' tidak pernah diterjemahkan sebagai 'Allah').

Dalam hubungan dengan penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia, LAI dalam surat penjelasannya (21 Januari 1999) mengutip Dr. Daud H. Soesilo menyebutkan bahwa:

"Dalam terjemahan bahasa melayu dan Indonesia, kata 'Allah' sudah digunakan terus menerus sejak terbitan Injil Matius dalam bahasa Melayu yang pertama (terjemahan Albert Corneliz Ruyl, 1629). Begitu juga dalam Alkitab Melayu yang pertama (terjemahan Melchior Leijdekker, 1733) dan Alkitab Melayu yang kedua (terjemahan Hillebrandus Cornelius Klinkert, 1879) sampai saat ini."

Dari uraian ini kita dapat melihat bahwa terjemahan bahasa Indonesia 'Allah' untuk menunjuk 'nama' El, Elohim & Eloah dalam PL dan Theos dalam PB, dan 'TUHAN' untuk Yahweh dalam PL dan 'Tuhan' untuk Kurios dalam PB tidaklah menjadi masalah, apalagi kata 'Allah' adalah bagian kosa kata bahasa Indonesia sehingga tidak salah kalau dipakai terus. Yang penting dalam menggunakan suatu nama 'generik' adalah 'siapakah yang kita maksudkan dengan menyebut nama itu.' Penggunaan nama yang sama belum tentu dimengerti sama dan pengertian 'Yahweh yang adalah Elohim Abraham, Ishak dan Yakub' yang dimengerti dan dipercaya oleh orang Yahudi belum tentu sama dengan yang dimengerti oleh orang Kristen Perjanjian Baru yang tidak saja mempercayai 'Kurios yang adalah Theos Abraham, Ishak dan Yakub' tetapi juga 'yang digenapi dalam Yesus Kristus.' Berikut Yesus menyamakan dirinya sebagai 'Kurios':

"Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! (Kurios) akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga." (LAI, Mat.7:21)

5 Mengapa 'nama' tidak dikembalikan saja pada nama dalam bahasa aslinya?

Bila diterjemahkan tidak menjadi masalah termasuk bagi Imam Kepala Yahudi, mengapa kita harus kembali ke bahasa aslinya? Memang ada traktat berjudul sama yang diterbitkan Shiraathal Mustaqiim yang menterjemahkan ayat-ayat sebagai berikut:

"Pada mulanya adalah Firman: Firman itu bersama-sama dengan Eloim dan Firman itu adalah Eloim." (Yoh.1:1-2)

"Demikianlah kita mengenal Roh Eloim; setiap roh yang mengaku Yeshua Hamasiah telah datang sebagai manusia, berasal dari Roh Eloim, dan setiap roh yang tidak mengaku Yeshua tidak berasal dari Eloim Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia kamu dengar, bahwa Ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia." (1.Yoh.4:2-3)

Harus disadari naskah asli Perjanjian Baru menyebut 'Theos' dan bukan diterjemahkan dari bahasa Ibrani! Yesus sendiri menyebut Theos dan bukan Elohim, mengapa kita mau mengubah ayat-ayat Alkitab padahal Yesus dan para Rasulnya menerima? Terjemahan 'Yeshua Hamasiah' lebih tidak berdasar karena bahasa aslinya adalah 'Iesous Christos' yang diterjemahkan menjadi 'Yesus Kristus,' dan dari kata 'Christos' inilah lahir nama sebutan untuk para murid sebagai 'Christanous' ('Kristen,' Kis.11:26)

6 Apakah hak LAI dalam menterjemahkan Alkitab?

LAI adalah gabungan ahli-ahli penterjemah Alkitab yang diutus gereja-gereja, dan LAI adalah anggota United Bible Societies sedunia. LAI sudah bekerja cukup lama di Indonesia dan bekerja dengan tekun dan profesionalisme tinggi. Karena itu janganlah kita dibingungkan oleh pendapat perorangan yang melontarkan 'isu-isu' tanpa melalui persidangan gerejawi dan kehadiran para ahli seperti dalam soal nama Allah! (Efs.4:11-15)

A m i n !

Catatan: Menyambut banyaknya sambutan akan forum diskusi/tanya-jawab YBA tentang masalah teologia maupun umum, sejak Januari 1999 terbuka forum diskusi yang dapat diikuti oleh setiap netter. Dari sekian banyak pertanyaan/tanggapan yang masuk, setiap bulan akan dipilih beberapa pertanyaan/tanggapan yang dianggap penting untuk dirilis secara berselang-seling dengan renungan bulan yang sama. Identitas para netter akan ditulis dengan singkatan tiga huruf disusul dengan kota dimana ia berdomisili. Setiap topik diskusi dapat ditanggapi lagi bila belum terasa cukup. Pertanyaan/tanggapan dikirimkan ke alamat YBA


Form untuk mengirim pertanyaan