Ruang Tanya Jawab April 1999 

Form untuk mengirim pertanyaan


SOAL KREMASI

Belakangan ini banyak undangan ceramah diajukan kepada YBA untuk membahas tradisi Tionghoa dan Iman-Kristen dan dalam kesempatan itu sering praktek 'Kremasi' atau 'Pembakaran Jenazah' ditanyakan sebagai alternatip upacara 'Penguburan Jenazah' yang biasa dilakukan oleh umat Kristen. Forum Diskusi / Tanya Jawab bulan ini mengangkat diskusi soal ini sebagai temanya.

(Tanya-1) MENGUBUR ATAU KREMASI? Berbeda dengan dimasa lalu dimana jenazah orang-orang Kristen dikubur dan tidak sama dengan pembakaran yang biasa dilakukan di kalangan yang beragama Hindu dan Buddha , mengapa belakangan ini makin banyak praktek untuk membakar jenazah (Kremasi) juga dilakukan oleh umat Kristen?

(Jawab-1) Ada beberapa alasan mengapa makin banyak orang Kristen jenazahnya tidak dikubur tetapi dibakar. Pertama, banyak yang melakukannya atas pertimbangan praktis yaitu bahwa membakar jenazah itu hanya dilakukan sekali dan selanjutnya keluarga yang ditinggalkan tidak usah susah-susah menjaga dan memelihara kuburan yang telah meninggal. Soal lain adalah khususnya yang berlaku di kalangan Tionghoa adanya pencampuran kepercayaan lama Taoisme dan Buddhisme yang belum hilang dengan kekristenan. Kedua, banyak yang melakukannya karena pertimbangan teologis, yaitu bahwa pada saat seseorang meninggal dunia rohnya langsung pergi sehingga jenazah bebas kita perlakukan bagaimanapun. Demikian juga memang diakui ada kalangan modern dalam gereja yang tidak lagi mau tahu soal 'hidup sesudah mati' dan 'hakekat kekekalan roh' sehingga dengan adanya pendapat demikian, maka jenazah dikubur atau dibakar bukanlah soal. Ada juga di kalangan pendeta modern yang menganut faham sinkretis bahwa 'semua agama sama', maka dengan adanya pandangan demikian, upacara kremasi apabila itu memang upacara kepercayaan Hindu atau Buddha juga tidak menjadi masalah untuk diikuti. Kita perlu menyadari bahwa urusan Mengubur Jenazah atau Kremasi bukanlah sekedar soal praktis tetapi juga merupakan bagian dari praktek kepercayaan agama, itulah sebabnya tempat kremasi biasanya adanya di pekuburan penganut Hindu dan Buddha dan tidak ada dalam pekuburan Kristen

(T-2) MENGAPA KREMASI? Apa alasan praktek kremasi dan agama apa saja yang mempraktekkannya?

(J-2) Kremasi biasa dilakukan di kalangan agama-agama yang bersifat 'Animisme dan Pantheisme (kebatinan)'. Dalam keyakinan ini dipercaya bahwa manusia pada dasarnya sehakekat dengan alam semesta, manusia adalah roh bagian kecil dari alam semesta (micro cosmos) dan alam semesta adalah roh bagian besar dari alam semesta (macro cosmos). Pembakaran jenazah dan menaburkan abunya ke laut dimaksudkan untuk mengembalikan roh manusia agar bersatu dan melebur ke sumbernya yaitu roh semesta, dalam Taoisme 'Chi manusia kembali kepada Chi semesta' dan dalam Hinduisme 'Atman kembali kepada Brahman', sedangkan dalam kebatinan Buddhisme 'Atman kembali ke An-Atman atau  An-Atha (ketiadaan)' ibarat lilin yang terbakar dan kemudian lenyap/tiada. Dalam Alkitab kita dapat melihat bahwa kremasi biasa dilakukan oleh suku kafir Kanaan dimana jenazah dibakar bahkan anak-anak dibakar sebagai persembahan untuk menyenangkan dewa.

Sehubungan dengan konsep ikatan roh dan tubuh, animisme dan pantheisme yang lebih jelas berbentuk 'kebatinan/mistik' mempercayai pembagian manusia atas dua bagian (dikotomi) dimana dikatakan bahwa 'bagian roh' bersifat kekal dan suci, dosa dan nafsu adalah sifat yang melakat dalam 'bagian tubuh jasmani' yang menjadi penjara bagi roh itu. Proses semedi/meditasi maupun asketik/pertarakan ditujukan untuk menghancurkan penjara yang adalah 'bagian tubuh' agar 'bagian roh' itu menyatu kembali kepada sumbernya yaitu alam semesta. Ini ibarat telur ceplok mata sapi dimana bagian kuningnya dengan mudah dilepaskan dari bagian putih telur. Konsep Alkitab berbicara mengenai manusia sebagai 'jiwa yang hidup' yang utuh/holistik yang memiliki aspek roh dan aspek tubuh yang menyatu ibarat telur dadar dimana kita tidak bisa membedakan mana bagian kuning telur mana bagian putih telur. Kematian ibarat membusuknya aspek putih telur dari telur dadar tersebut sehingga tersisa sepah aspek kuning telurnya .  Dalam kematian manusia proses membusuknya aspek tubuh yang menyatu dengan aspek roh itu berjalan melalui suatu proses waktu jadi bukan langsung seakan-akan kita dengan mudah melepaskan bagian roh dari penjaranya bagian tubuh seseorang.

(T-3) KREMASI DALAM ALKITAB. Kalau begitu, apakah artinya pembakaran dalam Alkitab?

(J-3) Dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Baru, pembakaran sering menunjuk pada penghukuman dan pemusnahan. Dalam Perjanjian Lama pembakaran dapat merupakan hukuman mati yang diberikan Tuhan atas mereka yang melawan kehendaknya (Yos.7:25). Raja Yosia mengadakan pembaharuan untuk memusnahkan 'Tofet yang ada di lembah Ben-Hinnom' yang biasa digunakan oleh orang-orang Kanaan mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk 'dewa Molokh' dan 'dewa Matahari' (II-Raj.23:10-11). Dari sini Perjanjian Baru menggunakan istilah 'gehena' yang diartikan sebagai 'neraka yang menyala-nyala' (Mat.5:22), tempat dimana terjadi pembinasaan terakhir 'jiwa dan tubuh' (Mat.10:28), dan neraka sebagai 'api yang tak terpadamkan' tempat penyesat dan yang tidak memperoleh hidup dalam Kerajaan Allah (Mar.9:42-48). Kremasi dapat merupakan usaha mendahului pemusnahan itu yang dilakukan dengan sengaja oleh keluarga yang ditinggalkan terhadap keluarganya yang meninggal dunia, sebab dalam pembakaran demikian kita membuka kemungkinan   aspek roh ikut mengalami dampak pembakaran, sebab kita tidak tahu berapa lama aspek roh akan meninggalkan aspek jasmani setelah seseorang dinyatakan meninggal secara klinis! Memang dalam PL Api juga menggambarkan kehadiran yang suci (Kel.3:2), sebagai ‘petunjuk Tuhan’ (Kel.13:21), untuk men’suci’kan (Yes.6:6-7), tetapi dalam kasus-kasus ini api tidak untuk membakar atau menghanguskan.

(T-4) ROH, JIWA DAN TUBUH. Bila pembakaran ada kaitannya dengan keberadaan roh, jiwa dan tubuh, bagaimana sebenarnya hubungan roh, jiwa dan tubuh setelah seseorang meninggal dunia?

(J-4) Dalam keyakinan Alkitab, manusia adalah jiwa yang hidup secara utuh (holistik) dan memiliki aspek  roh yang bersifat kekal disamping aspek tubuh jasmaninya yang tidak kekal. Iman Kristen mempercayai bahwa ada kehidupan aspek roh sesudah hancur aspek jasmaninya dan akan ada kehidupan kekal dengan aspek tubuh kebangkitan yang baru bagi mereka yang beriman. Memang bila manusia sekedar hanya mahluk darah dan daging saja maka apakah jenazah itu dikubur atau dibakar tidak ada konsekwensinya apa-apa, tetapi kita harus menyadari hakekat 'aspek roh' yang dalam proses kematian akan berdiri sendiri setelah aspek tubuh jasmani yang membusuk secara alamiah. Yang menjadi masalah adalah seberapa lama aspek roh itu sudah berdiri sendiri setelah aspek materinya membusuk. Pengalaman umum menunjukkan bahwa banyak kasus kematian orang yang dibunuh (kematian tidak wajar) dan dikubur ditempat tidak wajar berdampak aspek rohnya kelaparan yang tidak kunjung terlepas dari jasadnya dan biasanya hal ini diatasi dengan melakukan penguburan kembali ditempat yang lebih layak (istilah yang dipakai adalah ‘unfinished duty’ seperti dalam film semi dokumenter ‘The Scarriest Place on Earth’). Dalam Perjanjian Baru kita melihat kasus Lazarus yang dibangkitkan Tuhan setelah empat hari mati dan aspek tubuhnya mulai membusuk (Yoh.11:39-44), ini menunjukkan indikasi bahwa aspek roh Lazarus masih memiliki keterkaitan dengan aspek tubuhnya dalam empat hari itu sampai mujizat Yesus dinyatakan yang memulihkan aspek tubuh jasmaninya sehingga manusia Lazarus kembali menjadi utuh. Kematian Yesus dikayu salib sampai dikuburkan berlangsung selama tiga hari dan sudah mulai mengalami proses pembusukan apalagi karena aspek tubuhnya penuh bilur-bilur luka berdarah, tetapi kebangkitan terjadi pada hari ketiga dimana aspek tubuh jasmani Yesus dipulihkan. Ini juga menunjukkan indikasi bahwa aspek roh tidak segera melepaskan kesatuannya dengan aspek tubuh jasmani setelah seseorang meninggal.

Memang ada indikasi lain bahwa aspek roh seseorang segera terlepas dari aspek tubuhnya begitu ia mati, seperti dalam kasus orang yang disalib bersama Yesus yang dikatakan 'bersama Yesus di Firdaus pada hari itu' (Luk.23:43) tetapi dalam konteks Golgotha juga disebutkan bahwa aspek roh bisa cukup lama berada di kuburan sampai saat penyaliban Yesus (Mat.27:52-53). Dalam kasus Yesus 'menyerahkan nyawanya' (Luk.23:46) sekalipun agak khusus, bisa diindikasikan bahwa aspek roh itu masih punya keterikatan dengan tubuh jasmani tetapi sudah menjadi milik Bapa sepenuhnya. Bila tidak, maka bila kita mengatakan bahwa dalam kasus kematian Lazarus dan Yesus aspek roh mereka langsung pergi lalu menyatu kembali setelah beberapa hari, ini menimbulkan konsekwensi timbulnya kepercayaan 'reinkarnasi' yang bukan merupakan kepercayaan Kristen. Lazarus dikatakan oleh Yesus sebagai tidur sama dengan mati (Yoh.11:11-14) dan ketika dibangkitkan, Yesus tidak memanggil roh Lazarus agar kembali lagi tetapi memanggil Lazarus seutuhnya (aspek roh + aspek tubuh) agar ke luar dari kubur. Jadi kemungkinan besar aspek roh itu masih terkait dengan aspek badani jenazah dalam waktu tertentu, dan dalam waktu tertentu itu pemulihan kesatuan aspek roh dan aspek tubuh masih mungkin untuk kebangkitan kembali tubuh lama. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa aspek roh itu bisa berdiri sendiri pada hari itu juga tetapi bisa juga selama empat hari atau lebih masih berada dalam keterkaitan dengan aspek tubuh jenazah.

Ketika diskusi ini ditulis, penulis baru beberapa hari ditinggalkan kakak yang berumur 67 tahun yang meninggal dunia setelah terkena stroke di otak untuk keduakalinya. Stroke kedua setelah empat bulan stroke pertama ternyata terlambat ditangani dokter sehingga terjadi perdarahan berat di otak. Setelah dioperasi ia berada dalam kondisi tidak sadar. Dalam keadaan tidak sadar ia masih dapat bereaksi secara sangat terbatas seperti ketika anaknya menghiburnya ia masih dapat mengeluarkan air mata, dan setiap kali pendeta menyebut soal Yesus Kristus dalam doanya, tangannya menggenggam lebih erat tangan pendeta yang memegangnya. Situasi ini terjadi selama tiga minggu, dan setelah itu ia dinyatakan coma, artinya secara kesadaran ia dinyatakan mati sekalipun secara biologis ia masih hidup. Beberapa jam kemudian ia benar-benar dinyatakan mati secara klinis dimana secara biologispun ia sudah tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Tiga hari kemudian ia dikuburkan.

Dari pembahasan di atas kita melihat bahwa setelah seseorang mati aspek roh tidaklah langsung berdiri sendiri setelah aspek tubuhnya membusuk melalui suatu proses yang memakan waktu yang bisa cepat tetapi juga bisa lambat, karena itu proses pembakaran jenazah akan berdampak pada aspek roh yang masih terkait dengan aspek tubuhnya yang belum membusuk. Kita jangan berspekulasi mengenai kemungkinan apa yang bisa terjadi dengan aspek roh pada saat kita membakar jenazah dengan sengaja, karena itu penguburan jenazah adalah proses yang wajar secara alamiah yang memungkinkan berlangsungnya proses terurainya aspek roh dari aspek tubuh materi secara wajar pula.

(T-5) PENGUBURAN. Bila penguburan jenazah adalah proses yang terbaik, bagaimanakah hal itu dilakukan dalam sejarah yang diceritakan Alkitab?

(J-5) Allah menciptakan dan 'membentuk manusia dari debu tanah' (Kej.2:7), jadi manusia adalah jiwa yang hidup secara holistik dan kematian mengembalikan manusia 'kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah manusia diambil' (Kej.3:19). Dalam Alkitab jenazah biasanya dikubur, seperti diletakkan di gua-gua baik gua alamiah atau gua buatan (Sarah-Kej.23:4; Abraham - Kej.50:13), kebiasaan mana terus berlanjut pada masa Alkitab (I-Raj.13:28-31) sampai Perjanjian Baru (Yoh.19:40-42). Jenazah juga dikubur di dalam tanah (Kej.35:8,19-20). Biasanya jenazah yang tidak dihargai tidak dikuburkan dan sering digantung saja (Ulg.21:22-23/II-Sam.21:12-14/II-Raj.9:10). Para nabi Perjanjian Lama pun masih memberi penghargaan akan jenazah dimana Ayub mengatakan "Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah" (Ayub.19:25-27) sedangkan Yesaya mengatakan:

"Ya, Tuhan, orang-orangMu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorak! Sebab embun Tuhan ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali." (Yes.26:19).

Daniel menyebut kondisi dalam kuburan sebagai tidur rohani "Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal." (Dan.12:2). Dari sini ada indikasi bahwa sekalipun ada kasus-kasus khusus dimana aspek roh orang beriman ada yang langsung berdiri sendiri dan dibawa ke Firdaus, rupanya ada juga yang harus mengalami masa menunggu, dan masa ini berkaitan erat dengan lokasi jenazah/tulang-belulang sebagai bekas ‘bait Allah’ tetapi jelas bukan abu pembakaran yang ditabur ke-mana-mana yang telah musnah. Ini tidak berarti bahwa kita menjadikan kuburan sebagai tempat keramat atau perlu dibangun mahal, sebab kuburan hanya tanda lokasi tempat jenazah dibaringkan, karena itu cukup dibangun sederhana saja.

Rasul Paulus menyebut 'tubuh manusia beriman adalah 'Bait Roh Kudus' (I-Kor.6:19) karena itu tidaklah tepat kalau kita memusnahkannya dengan api begitu saja ketika mati, Paulus juga mengatakan bahwa penguburan Yesus adalah bagian dari Injil (I-Kor.15:4) yang tidak terlepas dari kematian dan kebangkitanNya. Penguburan juga melambangkan kehidupan lama yang telah mati dan persiapan menuju kehidupan baru yang rohani dalam tubuh kebangkitan (Yoh.12:24/I-Kor.15:35-38,42-49/Rom.6:4-6). Sekalipun tubuh kebangkitan tidak identik sama dengan tubuh lama, kelihatannya jenazah dalam kubur masih menjadi gambar yang akan menjadi gambar tubuh 'kebangkitan' (I-Kor.15:35-54) seperti halnya ketika orang-orang kudus dibangkitkan sekitar kematian dan kebangkitan Yesus (Mat.27:52-53), maka adalah tidak tepat kalau 'gambar' itu kita hanguskan dengan api (band. Rom.8:29/Fil.3:20-21/I-Yoh.3:2). Dalam PL yang disebut ‘gambar Allah’ adalah ‘manusia’ (Kej.1:26-27;2:7).

Upacara sederhana sebelum penguburan dilakukan pada hari yang sama dimana jenazah dimandikan (Kis.9:37), diminyaki (Yoh.19:39) dan dibungkus dengan kain kafan (Yoh.19:40/Kis.5:6).

(T-6) ALASAN PRAKTIS. Lalu bagaimana dengan beberapa alasan praktis sekitar penguburan seperti: (a) bukankah meletakkan jenazah dalam kurungan seng yang dipatri akan menghambat proses pembusukan? (b) bukankah memelihara kuburan keluarga yang meninggal menyusahkan orang yang masih hidup apalagi kalau sudah pindah ke luar kota? Dan (c) bagaimana pula dengan peraturan tanah pekuburan sekarang yang mewajibkan penyewa memperbaiki uang sewa secara berkala, bukankah ini menyusahkan yang hidup?

(J-6) (a) Memang penguburan tanpa peti dalam waktu kurang dari 24 jam paling baik karena proses pembusukan lebih wajar dan tidak terhambat, hanya di kalangan Kristen dan terlebih di kalangan Tionghoa, banyak keluarga dari jauh dan kenalan ingin melihat jenazah untuk terakhir kalinya dan menghibur keluarga dekat yang ditinggalkan, karena itu mereka biasa membiarkan peti mati tetap terbuka selama satu sampai dua hari sebelum seng dipatri dan menguburkan jenazah dalam waktu tiga sampai empat hari setelah kematiannya.  Ini bisa diatasi dengan membeli peti mati dari kayu yang tidak terlalu kuat yang mudah pembusukannya, dan soal seng yang dipatri hanya merupakan usaha untuk menahan bau busuk yang keluar. Pembusukan jenazah akan tetap terjadi, hanya untuk mempercepat dan lebih wajar, seng jangan dipilih dari yang tebal tetapi cukup yang tipis tetapi kuat agar cepat berkarat karena kelembaban tanah dan tidak menghambat proses pembusukan yang wajar.

(b) Mengenai penguburan yang dianggap menyusahkan, mengapa orang hidup makin egoistis dimana ia tidak bisa berterima kasih atas pemeliharaan orang tua yang sudah melahirkannya dan puluhan tahun membesarkannya, dan mengapa orang modern hanya mau enaknya (warisan) tetapi tidak mau susahnya (memelihara kuburan)? Ingat, memelihara kuburan tidak berarti sama dengan memelihara rumah. Yang penting kuburan cukup bersih karena kita tidak boleh begitu saja membuang aspek tubuh jasmani yang telah menampung hidup seseorang selama puluhan tahun, kuburan perlu bersih sebagai tempat proses pembusukan yang tidak terganggu. Ini bisa dilakukan dengan meminta penjaga kuburan untuk memelihara dengan memberinya uang bulanan secukupnya. Kunjungan sendiri bisa dilakukan tetapi tidak harus, jadi apa susahnya?

(c) Bila dikehendaki, pemeliharaan kuburan cukup selama satu sampai tiga tahun, setelah itu kita bisa melupakannya bila tidak mungkin memeliharanya terus dan selanjutnya kuburan itu bisa digunakan oleh orang lain. Memang ada peraturan didaerah tertentu yang mengharuskan penyewa untuk memperpanjang sewanya secara berkala misalnya dua tahun sekali. Bila kita ingin memperpanjangnya apakah susahnya mengurusnya dua tahun sekali? Hidup adalah perpaduan hak dan kewajiban, menghilangkan tanggung jawab kewajiban dan hanya meminta hak tidaklah benar. Bila kita tidak ingin memperpanjang sewa juga tidak menjadi soal dan melupakannya, tetapi bila seorang ayah atau ibu yang meninggal, baik juga kalau kuburan masih terpelihara dan masih dalam batas sewa untuk menumpuk kuburan ibu atau ayah yang meninggal kemudian di atasnya, ini cukup ekonomis dan lebih tidak menyusahkan bukan? Kalau kuburan sudah terlalu lama disewa, ibu atau ayah yang meninggal kemudian bisa dikuburkan di tempat lain atau kota lain dengan proses yang sama.

Dengan beberapa pertimbangan di atas, setiap umat Kristen diharapkan dapat bertanggung jawab dalam menjalani hidup bersama keluarga mereka dan dalam menyikapi jenazah yang telah meninggal sambil mengingat akan tanggung jawab umat Kristen untuk memelihara hakekat roh manusia sehingga dapat masuk dalam kehidupan yang kekal bersama Tuhannya.

Amin!

Catatan: Menyambut banyaknya sambutan akan forum diskusi/tanya-jawab YBA tentang masalah teologia maupun umum, sejak Januari 1999 terbuka forum diskusi yang dapat diikuti oleh setiap netter. Dari sekian banyak pertanyaan/tanggapan yang masuk, setiap bulan akan dipilih beberapa pertanyaan/tanggapan yang dianggap penting untuk dirilis secara berselang-seling dengan renungan bulan yang sama. Identitas para netter akan ditulis dengan singkatan tiga huruf disusul dengan kota dimana ia berdomisili. Setiap topik diskusi dapat ditanggapi lagi bila belum terasa cukup. Pertanyaan/tanggapan dikirimkan ke alamat YBA


Form untuk mengirim pertanyaan