Ruang Tanya jawab Juni 1999
Form untuk mengirim pertanyaan
Makalah Sahabat Awam nomor 50 (MSA-50, Mei 1999) yang diterbitkan oleh Yayasan Bina Awam dengan judul 'Gereja Setan dan Ajaran Dunia Roh' mendapat perhatian luar biasa dari jemaat. Dalam ceramah topik ini di Jakarta di gereja GKI Gunung Sahari dan GKI Bekasi Timur pada bulan Mei 1999, masing-masing dihadiri lebih dari 400 orang melebihi kapasitas ruangan, dan 500 copy MSA-50 yang dibawa langsung habis bahkan ada yang memesan karena kehabisan. Bagian belakang MSA-50 yang mengulas 'Ajaran Dunia Roh' sebanyak 6 halaman juga menarik banyak jemaat/pembaca khususnya mereka yang pernah hadir dalam seminar ajaran itu, dan umumnya meminta penjelasan lebih lanjut tentang pengajaran itu, bahkan ada yang mempertanyakan isi buku berjudul 'Dunia Orang Mati' yang ditulis oleh Andereas Samudra pelopor ajaran ini di Indonesia. Diskusi/Tanya Jawab bulan ini khusus membahas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sekitar 'ajaran Dunia Roh' itu.
AJARAN DUNIA ROH
(Tanya-1) MSA DAN DUNIA ROH. Bagaimana MSA dapat membahas dunia roh padahal belum pernah melayani alam roh? Alam roh hanya dapat dimengerti oleh mereka yang telah terbiasa berkecimpung di dunia roh. Ini sama seperti hal menyelam dan berenang hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang terjun ke kolam renang yang tak akan dipahami dan dimengerti oleh mereka yang masih berada di darat saja.
(Jawab-1) Pertama, analogi dunia roh dan kolam renang tidaklah tepat, sebab yang satu abstrak dan yang kedua konkrit. Bila analogi itu mau dipaksakan, tentunya perbandingannya adalah antara dua orang yang sama-sama berada di luar kolam tetapi yang satu banyak berbicara tentang menyelam dan berenang (yang merasa tahu banyak soal berenang) dan yang lain tidak (yang dianggap tidak tahu soal berenang). Pengajar dunia roh juga belum pernah mati, turun ke neraka dan naik ke sorga tetapi beranggapan tahu banyak dan ahli membuat peta alam roh; Kedua, belum tentu seseorang yang menganggap sudah sering berenang dan menyelam benar-benar pandai berenang. Banyak sekali pendeta/penginjil yang banyak berenang dan menyelami nubuatan-nubuatan 'Akhir Zaman' merasa diri tahu pasti kapan Yesus datang, mulai dari Adventisme (1844), Saksi Yehuwa (1914), Children of God (1973), Jeff Hammond (1988), Pengangkatan (1992), dan Penginjil lain (1998), ramalan-ramalan mereka sudah lewat dan Tuhan Yesus belum datang kembali, ternyata mereka tidak tahu sehingga bisa disebut sebagai pembohong bukan?
(T-2) ROH ORANG MATI. Bagaimana nasib roh orang yang telah mati? Kemanakah mereka? Dapat dan bolehkan roh-roh itu dihubungi?
(J-2) Dalam Alkitab disebutkan bahwa mereka yang mati akan masuk ke dalam alam maut, dan dalam konteks 'Orang Kaya dan Lazarus' (Luk.16:19-31) kelihatannya mereka yang percaya dipisahkan dari yang tidak, orang yang disalib bersama Yesus dibawa bersama Yesus ke Firdaus (Luk.23:43), dan Stefanus melihat Yesus berada di kanan Allah di langit yang terbuka (Kis.7:55). Gambaran-gambaran di dalam Alkitab tidak bisa begitu saja kita tafsirkan secara harfiah karena banyak yang bersifat perlambangan (tiga tingkap langit, langit ketujuh, dll.), karena itu adalah mustahil menggambarkan peta alam roh yang multi demensional secara dua dimensional saja. Dalam Alkitab tidak pernah disebutkan bahwa roh-roh orang mati berkeliaran dan dapat dihubungi tetapi memang roh-roh setan dan roh-roh di udara berkeliaran dalam jumlah banyak sekali (legion). Larangan berhubungan dengan arwah (dunia roh) banyak diberikan dalam Alkitab. Musa melarang dengan keras (Imm. 19:26,31) karena melakukan perzinahan rohani dan harus dihukum mati (Imm.20:6/Ulg.18:10-14), dan para medium/petenung/ahli sihir harus dibunuh (Kel.22:18/Imm.20:27). Raja Manasye mendukakan Tuhan dengan ini (2-Raj. 21:6), Yosia melawan praktek demikian (2-Raj.23:24). Yesaya melarangnya (Yes.8:19;19:3), Samuel menyebutnya durhaka dan menolak Tuhan (I.Sam.15:23), dan Saul menyingkirkan pemanggil arwah (I-Sam.28:3). Larangan bukan berarti 'bisa berhubungan' tetapi karena yang akan dihubungi adalah arwah/roh-roh di udara, roh penipu atau roh setan yang menyesatkan.
(T-3) DAPAT DIHUBUNGI? Bukankah Yesaya diberi kuasa menghubungi atau membangkitkan orang mati (Yes.7:10-11)? Saul juga bisa memanggil roh Samuel di Endor (I-Sam.28) sebab kitab itu ditulis oleh jurutulis/murid Samuel yang tahu betul bedanya antara Roh Tuhan dan roh jahat yang merasuk Saul (I-Sam.16:14)?
(J-3) Memang melalui mulut Yesaya Tuhan menawarkan tanda kepada raja Ahas, ini jangan ditafsirkan sebagai menghubungi atau membangkitkan orang mati sebab pada fasal berikutnya Yesaya mengatakan agar jangan meminta petunjuk kepada orang-orang mati (Yes.8:19) dan menghukum Mesir karena perbuatan itu (Yes.19:3). Dari konteks ayat-ayat sesudahnya nyata bahwa 'tanda' itu adalah 'mujizat kelahiran Immanuel' dan 'kelahiran anak nabi.' Roh yang dilihat Saul bukanlah Samuel, ia tidak melihat rupa Samuel dan petenung hanya melihat 'sesuatu yang ilahi, orang tua berjubah'. Samuel adalah figur terkenal yang puluhan tahun menjadi nabi yang tentu gambarannya diingat oleh petenung dan Saul dalam situasi frustrasi akan menggantungkan diri dan percaya saja apapun yang dikatakan oleh petenung. Samuel telah melarang orang berhubungan dengan petenung dan Allah sudah menolak berhubungan dengan Saul baik dengan Urim maupun nabi (I-Sam.28:6, termasuk nabi Samuel tentunya) ini diakui juga oleh Saul (ay.15), karena itu 'ucapan roh yang dianggap sebagai samuel' kontradiktif, disatu segi ia mengatakan 'Tuhan telah undur dari Saul (ay.16) dan sudah diingatkan Samuel (ay.17), tetapi sekarang 'samuel' ini mau berbicara kepada Saul dan merasa terusik, ini hanya mungkin kalau itu 'samuel gadungan.' Tuhan sudah tidak mau berbicara dengan Saul dan sampai matipun Samuel sudah menolak bertemu Saul dan memerintahkan menghukum mati para petenung, maka adalah mustahil kalau sekarang Tuhan menggunakan petenung (yang dilarangnya) sebagai alatnya dan roh Samuel bisa diatur oleh petenung. Kitab Tawarikh (10:13-14) menyebutkan bahwa Saul dihukum mati karena 'ia tidak berpegang kepada firman Tuhan dan meminta petunjuk dari arwah'. Kalau itu memang roh Samuel yang membawakan firman Tuhan tentu ayat ini tidak akan berkata begitu. I-Sam.28 tidak ditulis oleh jurutulis/murid Samuel, Samuel menulis kitab ini sampai fasal 24 kemudian dilanjutkan oleh nabi Nathan dan Gad (I-Taw.29:29). Samuel yang masih mendampingi Saul jelas tahu membedakan antara 'Roh Tuhan' dan 'roh jahat' (I-Sam.16:14) tetapi yang hadir di Endor hanya Saul dan dua orangnya (I.Sam.28:8) yang ketiganya tidak melihat wajah roh tetapi hanya mendengar cerita petenung. Jurutulis/murid Samuel sudah meninggalkan Saul dan tidak ikut ke dukun yang dilarang Tuhan dan Samuel, sedangkan para editor kitab ini hanya menulis apa yang dilaporkan oleh Saul dan kedua orangnya tanpa mempersoalkan itu roh Samuel atau bukan.
(T-4) PELEPASAN. Bukankah dalam Alkitab yang dilarang adalah 'meminta petunjuk kepada arwah' dan bukan 'memberi petunjuk kepada arwah.' Bagaimana pula dengan praktek pelepasan dimana pengalaman menunjukkan bahwa banyak roh-roh orang sudah meninggal masuk ke orang hidup dan diusir?
(J-4) Dalam Alkitab yang dilarang adalah 'jangan berpaling atau mencari' (Imm.19:31), jadi yang dilarang adalah 'berhubungan dengan arwah' dengan motivasi apapun (arwah disini adalah roh-roh yang berkeliaran di alam maut, band. Ulg.18:11). Bila 'memberi petunjuk kepada arwah' boleh mengapa semua pemanggil arwah dibasmi? Kan cukup diberi larangan praktek yaitu 'boleh memberi petunjuk tetapi tidak boleh meminta petunjuk' saja bukan? Kita perlu berhati-hati dengan praktek 'pelepasan' (deliverance) yang begitu mudah menyebutkan seakan-akan itu roh si 'ini' atau roh si 'itu' soalnya kita melihat bahwa pengakuan-pengakuan roh itu tidak langsung bisa membuktikan bahwa roh itu roh orang mati. Larangan untuk berhubungan tidak mesti menunjukkan bahwa 'berhubungan itu bisa', memang bila ada pintu yang ditulisi 'dilarang masuk' tentu tidak berarti pintu itu tidak bisa dimasuki tetapi contoh ini tidak mewakili semua larangan. Kalau ada 'botol racun' yang diberi label 'dilarang minum' memang bisa diminum tetapi orangnya mati. Rasanya inilah yang lebih tepat untuk menggambarkan 'larangan berhubungan dengan roh.' Bila kita memperhatikan contoh-contoh dialog dengan 'roh' dalam buku 'Dunia Orang Mati' jelas terlihat bahwa pertanyaan-pertanyaan penginjil selalu bersifat sugestif/mengarahkan, dan jawaban yang katanya dari 'roh' itu juga sumir (bukan bukti diskriptif biodata roh yang bisa diuji), seperti misalnya 'roh anak yang katanya masuk sekolah minggu di sorga tetapi membolos dan mampir ke bumi' ini didasarkan kepercayaan pada buku Marietta Davis (hlm.18-19), atau 'ibu muda yang koma tetapi bisa merintih' (hlm.40), 'seorang nona yang meminta Yesus mengampuni dan menolong ibunya yang baru meninggal' (hlm.58, ini kepercayaan 'orang-orang suci' dalam Roma Katolik), 'kerasukan tiga jenis roh' (hlm.72), atau 'di surga ada gedung gereja yang bagus' (hlm.91), mengapa kita percaya cerita-cerita sandiwara demikian? Yang menarik ada 'roh yang tidak tahu tapi tahu' yaitu ketika seorang lesbian kemasukan roh yang katanya roh 'Johny' roh itu ditanya 'Kamu masuk sejak kapan dalam tubuh Surti ini?' jawabnya 'Tidak tahu' tetapi ketika disugesti/diarahkan dengan pertanyaan 'Dari sejak Surti dalam kandungan?' Ia mengangguk (hlm.73). Kalau kita bandingkan dengan teliti semua contoh kasus pelepasan kita dapat melihat bahwa semua gejala kerasukan roh orang mati mengarah dan menunjang kepercayaan 'inner healing' yang berdasar 'pengaruh masakecil ajaran murid Freud: Carl Jung, seorang ahli jiwa penganut Okultisme, Spiritisme dan Zen-Buddhisme' padahal kita tahu bahwa peristiwa kerasukan roh itu sangat kompleks seperti halnya soal penyebab homoseksual dan epilepsi/ayan yang di dalam buku itu semua dikatakan disebabkan kerasukan roh orang mati. Dari sini kita melihat bahwa contoh-contoh itu tidak membuktikan bahwa roh-roh itu benar-benar roh orang mati. Dari kesaksian-kesaksian banyak dukun pemanggil arwah yang bertobat mereka mengakui bahwa 'memanggil arwah orang mati itu adalah penipuan' dan Verkuyl sendiri mengemukakan bahwa :
"Ingin kami kemukakan lagi ialah betapa sifat-sifat uraian-uraian dalam buku-buku neo-spiritis itu tentang kehidupan sesudah mati, tak ubahnya seperti obrolan tukang-tukang beca saja. 'Pemberitaan-pemberitaan oleh arwah orang mati' itu, sebagaimana diteruskan oleh para medium, sering demikian dangkal dan sepi nilai, sehingga kita terheran-heran, mengapa masih ada lagi orang-orang yang mau mendengar kepada omong-omong kosong seperti itu." (Spiritisme, dalam 'Gereja dan Aliran-Aliran Modern', hlm.75-76).
(T-5) YESUS MEMBOLEHKAN. Tetapi, bukankah dalam perumpamaan 'Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin' (Luk.16:19-31), dapat disimpulkan bahwa orang mati bisa berhubungan dengan yang hidup? Yang tidak bisa diseberangi kan antara 'Hades dan pangkuan Abraham? Ayat-ayat itu juga tak sedikitpun berbicara tentang soal kemungkinan orang mati berhubungan dengan orang hidup. Kasus penampakan Musa dan Elia (Luk.9:30-31) bukankah menunjukkan bahwa orang mati dapat berhubungan dengan orang hidup?
(J-5) Perumpamaan di atas jelas berbicara soal jurang pemisah antara (1) hades (tempat orang mati yang tidak percaya) dan pangkuan Abraham (tempat orang mati yang percaya) tetapi juga bahwa, (2) orang mati tidak bisa berhubungan dengan orang yang hidup. Memang pernyataan (2) tidak eksplisit melainkan implisit, tetapi dari konteksnya jelas bahwa itu juga tidak mungkin. Bila mungkin mengapa orang kaya itu sendiri dari Hades tidak berhubungan sendiri ke dunia orang hidup untuk memberitahu saudara-saudaranya melainkan meminta tolong Abraham? Yang menarik adalah penafsiran harfiah ini sangat kontradiktif dengan ajaran 'menginjili roh orang mati.' Di satu segi dikatakan orang mati bisa berhubungan dengan orang hidup tetapi disegi lain ayat-ayat itu dipercaya bahwa 'roh orang kaya' tidak bisa berhubungan dengan 'orang hidup', padahal dalam ajaran menginjili orang mati tentunya dimaksudkan sebagai roh orang mati yang ada di hades yang belum percaya bukan? Soal penampakan Musa dan Elia adalah kuasa Tuhan dalam mengutus nabi-nabinya yang telah berada di lingkungan Tuhan untuk menjumpai Yesus. Ini tidak menunjukkan bahwa semua orang mati bisa sebebasnya menyatakan diri kepada manusia di mana-mana dan kapan saja.
(T-6) YESUS MEMBERI CONTOH. Bukankah Yesus memberi contoh bahwa ia menginjili orang mati ketika mati di kayu salib seperti dinyatakan dalam ayat-ayat tertentu? (I-Pet.3:19-20;4:6/Yoh.5:25-28/Efs.4:8-13), jadi mengapa kita tidak menginjili roh orang mati? Bagaimana kalau mereka mati tanpa pernah mendengar Injil? (seperti suku-suku terasing)
(J-6) Yesus menginjili orang-orang yang 'dipenjara' pada masa Perjanjian Lama ketika ia mati, jadi dalam keadaan roh. Selama hidup, Yesus tidak pernah menginjili roh-roh orang mati demikian juga setelah ia dibangkitkan. Ini dilakukannya karena ia memegang 'Kunci Alam Maut' (Wah.1:18). Yesus tidak pernah mengajar, menyuruh atau mengutus murid-muridnya untuk mengabarkan Injil kepada orang mati, dan semua kasus pelepasan oleh Yesus dan para rasul, tidak pernah ada pengusiran atau menginjili roh-roh orang mati, tetapi mengusir roh-roh kegelapan dan roh setan! Jadi, ayat-ayat di atas tidak bisa dipakai sebagai ayat untuk mendukung penginjilan kepada orang mati. Yang kita anggap roh orang mati itu adalah roh-roh di udara atau roh setan yang berkeliaran mencari mangsa. Orang-orang atau suku-suku terasing yang mati sebelum menerima Injil tentu akan menunggu keadilan hakim yang adil itu, karena di dalam hati nurani manusia sudah ditanamkan firman Tuhan (Rom.1:18) dan tentunya Tuhan adalah hakim yang adil dalam mengambil keputusan dalam pengadilan terakhir. Ingat dalam 'Penghakiman Terakhir' (Mat.25:31-46) yang dijadikan ukuran keselamatan kelak bukanlah apakah seseorang 'sudah menerima Yesus dalam hatinya dan mengaku percaya atau dibaptis' tetapi 'mereka yang 'mengasihi sesamanya' dan yang 'melakukan kehendak Bapa yang disorga.' (Mat.7:21). Orang mati sekalipun masih punya kesadaran akan berada dalam keadaan statis tak berdaya seperti orang kaya dan Lazarus yang miskin, mereka tidak akan bertumbuh terus menjadi dewasa seperti pertumbuhan tubuh jasmani, jadi tidak ada sekolah untuk 'membesarkan dan mendidik' mereka seperti masuk sekolah minggu sorgawinya Mariette Davis.
(T-7) MENYEMBAH DALAM ROH. Bukankah ayat yang mengatakan 'penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dengan roh dan kebenaran' (Yoh.4:23) menunjukkan bahwa kita harus hidup dalam 'dunia roh orang mati' karena 'roh menghidupkan tetapi daging tidak ada gunanya'? (Yoh.6:63), demikian juga rasul Paulus berbicara mengenai 'kehidupan dalam roh.'
(J-7) Penafsiran di atas merupakan penafsiran yang fatal. Ayat itu sama sekali tidak berbicara mengenai 'dunia roh orang mati' karena dalam konteksnya tidak ada penjelasan apa-apa tentang 'dunia roh orang mati', yang jelas perikop itu bercerita mengenai 'penyembahan secara rohani yang diabaikan oleh orang-orang diniawi yang masih berfikir 'tubuh kedagingan' dan bororientasi pada penyembahan lahiriah. Percakapan dengan perempuan Samaria (Yoh.4:1-42) menunjuk pada perempuan Samaria yang masih menyembah secara daging yaitu 'Agama keturunan' (ay.12,20), ' penyembahan di atas gunung' (ay.20-21), 'tidak mengenal Allah Roh' (ay.22), 'air sumur aqua' (ay.11), 'haus jasmani' (ay.13), dan 'hidup dalam percabulan' (ay.18), karena itu Yesus membawanya kepada menyembahan roh dan kebenaran. Dalam konteks ini tidak disebutkan bahwa kemudian perempuan itu bernyanyi sambil berkarunia lidah atau kemudian berurusan dengan roh orang mati, tetapi ia mengalami 'penyembahan dalam roh' berupa 'mengenal Yesus' (ay.25-26), 'minum air hidup sampai kepada hidup yang kekal' (ay.14), 'bertobat, lahir baru daripada roh, dan bersaksi' (ay.28-42). Kalau rasul Paulus berbicara soal kehidupan dalam roh maksudnya juga berlawanan dengan kehidupan dalam daging, dan kehidupan dalam roh menghasilkan 'buah-buah roh' yaitu hidup dalam 'kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri' dan 'Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh' (Gal.5:22-25). Tidak ada indikasi sama sekali bahwa rasul Paulus mengajar soal 'dunia roh orang mati' dalam konteks itu.
(T-8) DASAR ALKITAB AJARAN. Tetapi bukankah buku 'Dunia Orang Mati' mendasarkan diri pada ayat-ayat Alkitab?
(J-8) Memang benar, tetapi dari pembahasan terdahulu kita melihat bahwa umumnya ayat-ayat Alkitab ditafsirkan secara harfiah dan mengabaikan konteksnya. Ayat-ayat dimanipulasikan untuk menunjang 'ajaran dunia roh' dan kalau ada ayat-ayat yang menunjukkan sebaliknya seperti (Ayb.7:9-10/Maz.88:11-13/Pkb.9:5-6) maka kitab-kitab itu disebut sebagai 'tak dapat dijadikan referensi yang tepat untuk menyelidiki dunia orang mati.' (hlm.102-107). Sebaliknya sering referensi buku-buku 'wahyu-wahyu pribadi dipercayai sebagai benar' misalnya pengalaman-pengalaman pribadi penginjil Win Worley, buku 'Dipimpin oleh Tangan Tuhan' tulisan Charles W. Doss, 'Scenes Beyond the Grave' tulisan Mariette Davis, 'Aku Pernah Mati' tulisan G.G. Ritchie, dan bahkan kotbah John G. Lake tentang 'Alegori dari Beelzebul' dalam 'kitab Apokrif' yang tidak diterima oleh gereja Kristen. Jadi, ajaran 'Dunia Roh' bukanlah ajaran yang digali dari dalam Alkitab (exegese) melainkan ajaran dan pengalaman manusia yang dipaksakan masuk ke dalam Alkitab (eisegese).
(T-9) PERDUKUNAN YANG BERJUBAH KRISTEN. Dalam MSA-50 disebutkan bahwa 'ajaran Dunia Roh' jelas merupakan 'perdukunan yang berjubah kristen,' apakah maksudnya?
(J-9) Maksudnya jelas bahwa 'ajaran Dunia Roh' adalah pengajaran yang keluar dari iman perdukunan atau kebatinan yang kemudian menggunakan kekristenan sebagai sarana. Ajaran 'pengurapan' dengan 'gejala tumbang' yang dipraktekkan ajaran ini yang disebutkan sebagai hasil kekuatan yang keluar dari diri penginjil jelas merupakan praktek 'enerji semesta' (force dalam Star Wars) yang ada dalam 'Gerakan Zaman Baru' dan sama dengan 'kekuatan sihir' yang digunakan oleh 'nabi-nabi Mesir' dalam kitab Keluaran dan 'kuasa besar' yang digunakan 'Simon si Sihir' (Kis.8:4-25). Penyembuhan luka-luka batin (Inner Healing) dengan 'visualisasi trauma pengalaman masa kecil' yang dipraktekkan dalam ajaran ini adalah warisan ajaran yang dipelopori oleh Agnes Sanford yang menggabungkan praktek perdukunan kafir, mind cure dari Christian Science, kebatinan Hindu, dan psikologi Carl Yung (murid Sigmund Freud yang menggabungkan psikologi dalam dengan okultisme, spiritisme dan Zen Buddhisme). Praktek 'pelepasan' dengan muntah-muntah biasa terjadi dalam perdukunan dan 'tidak pernah' dipraktekkan oleh Yesus dan para Rasulnya. Pengajaran 'Pengurapan' identik dengan pengajaran 'Benny Hinn' dan 'Kenneth Hagin' tokoh-tokoh 'Word Faith Movement.' Buku 'Dunia Orang Mati' juga mengajarkan bahwa 'Umat Kristen menjadi setara dengan Yesus' dan bahkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan 'lebih besar dari perbuatan Yesus' (Yoh.14:12) termasuk 'melakukan mujizat-mujizat seperti Yesus', ' mati disalib dan memberitakan Injil kepada orang mati', 'bertahta dan duduk di sebelah kanan Bapa', dan 'menghakimi orang hidup dan orang mati'. Ini adalah tema-tema perdukunan (shamanisme), kebatinan (pantheisme), dan Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) yang berintikan ajaran bahwa 'manusia adalah Allah' . Benny Hinn terkenal dengan ajarannya bahwa 'manusia adalah allah-allah kecil' (little Gods). Dari pembahasan ini pembaca dapat melihat sendiri 'roh' apakah yang berada di balik 'ajaran Dunia Roh' itu!
A m i n !
Catatan: Menyambut banyaknya sambutan akan forum diskusi/tanya-jawab YBA tentang masalah teologia maupun umum, sejak Januari 1999 terbuka forum diskusi yang dapat diikuti oleh setiap netter. Dari sekian banyak pertanyaan/tanggapan yang masuk, setiap bulan akan dipilih beberapa pertanyaan/tanggapan yang dianggap penting untuk dirilis secara berselang-seling dengan renungan bulan yang sama. Identitas para netter akan ditulis dengan singkatan tiga huruf disusul dengan kota dimana ia berdomisili. Setiap topik diskusi dapat ditanggapi lagi bila belum terasa cukup. Pertanyaan/tanggapan dikirimkan ke alamat YBA