Ruang Tanya Jawab - September 2002
Form untuk mengirim pertanyaan
Kesembuhan Ilahi & Taurat PL
Telah diterima pertanyaan-pertanyaan terutama soal Kesembuhan Ilahi dan Hari Sabat. Berikut diskusinya:
(Tanya-1) KESEMBUHAN & IMAN. Apakah bilur-bilur Yesus diatas kayu salib tidak berlaku sekarang sehingga ada hamba Tuhan dan umat beriman yang sakit? Ataukah ayat itu hanya berlaku untuk murid-murid Yesus sendiri?
(Jawab-1) PERLU disadari bahwa ayat “oleh bilurnya kamu telah sembuh” (1Ptr.2:24) tidak dimaksudkan bahwa Yesus menebus penyakit umat manusia sebab konteks ayat itu sendiri berbicara mengenai penebusan ‘dosa’ dan ‘kesesatan’ dan bukannya mengenai sakit-penyakit tubuh (lihat ayat 22-25). Dalam konteks ayat itu sebelumnya (ayat 18-20) dengan jelas disebutkan bahwa umat tidak perlu kuatir akan penderitaan tubuh termasuk pukulan.
Ayat dalam surat Petrus itu juga merujuk pada kitab Yes.53 dimana dinubuatkan bahwa ‘Yesus akan mengalami kesakitan’ karena pukulan demi menanggung ‘penyakit’ kita (ayat 3-4). Baik ‘kesakitan’ maupun ‘penyakit’ berasal dari kata bahasa Ibrani ‘kholi,’ dan jelas disini keduanya tentu yang dimaksudkan bukan penyakit tubuh melainkan rasa sakit, sebab dalam hidup Yesus tidak pernah didengar bahwa Yesus merasa sakit tubuh, dan dalam penyaliban Yesus yang dialaminya adalah rasa sakit karena pukulan dan pemakuan diatas kayu salib. Berdasarkan hal itu maka jelas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘penyakit’ adalah dosa dan kesesatan kita (ayat 6) yang ditanggungnya dalam penebusan salib itu demi pemeliharaan jiwa kita (ayat 25). Bilur jelas menunjukkan diakibatkan oleh pukulan cemeti dan bukan karena penyakit virus atau lainnya.
Dalam Alkitab tidak semua orang yang disembuhkan oleh Yesus memiliki hubungan iman dengan diri-Nya. Memang, ada disebutkan bahwa ‘dosa orang lumpuh diampuni’ (Mat.9:1-8), tetapi ‘orang buta sejak lahir’ tidak ada hubungan dengan dosanya sendiri maupun orang tuanya, dan hubungan iman baru terjadi sesudah terjadi mujizat kesembuhan (Yoh.5:1-16). Dalam penyembuhan 10 penderita kusta, hanya satu yang memiliki hubungan iman. Rasul Paulus sendiri tiga kali meminta disembuhkan namun tidak dikabulkan karena dalam ‘kelemahan Pauluslah kuasa Tuhan makin sempurna’ (2Kor.12:7-10, band. Gal.4:13); Timotius ketika sakit lambungnya disuruh minum anggur (1Tim.5:23); dan Trofimus dibiarkan dalam keadaan sakit di Miletus (2Tim.4:20).
Justru karena penyakit tidak dituntaskan dalam penebusan dosa, maka kepada para murid diberikan karunia ‘kesembuhan’, sebab kalau penebusan dikayu salib juga menebus sakit-penyakit, maka mujizat yang sesuai kehendak Tuhan dan waktu Tuhan tentu tidak lagi diperlukan.
(T-2) TUHAN Perjanjian Lama & Perjanjian Baru. Bila melihat isi PL dan PB kita melihat ada dua Tuhan yang berbeda. Tuhan PL terlihat keras dan kejam dimana dosa langsung dihakimi sedang dalam PB Tuhan itu kasih yang penuh anugerah. Apakah dengan demikian dapat dismpulkan bahwa Tuhan PL sebenarnya berbeda dengan Tuhan PB?
(J-2) TUHAN PL sama dengan Tuhan PB, tetapi konteks sejarah dan rencana Tuhan atas ciptaan mengalami perkembangan sejalan dengan kedewasaan manusia itu sendiri. Memang dalam PB hubungan manusia dengan Allah sangat dekat bahkan dapat berdialog langsung, namun dosa telah membuat manusia merosot dan diusir dari Firdaus sehingga perlu dijalin hubungan kembali melalui sistem ‘kurban dan persembahan’ (termasuk kurban bakaran & perpuluhan). Sekalipun semula hukuman masih terbatas pada ‘pengusiran keluar dari Firdaus’ dan kemudian ‘Kain diusir’ namun dosa manusia telah menjadi-jadi sehingga mendatangkan murka Allah dengan hukuman banjir pada zaman Nuh (Kej.6). Kejahatan manusia memuncak dalam kesombongannya mendirikan menara Babel (Kej.11) sehingga mendatangkan murka Tuhan dan mereka dihukum dan dicerai beraikan.
Tuhan masih memberi jalan penebusan dosa melalui kurban & persembahan dan melalui bimbingan imam, nabi dan raja, namun kelihatannya dosa umat sudah tidak tertolong lagi. Karena itu dinubuatkan Perjanjian Baru dengan datangnya juruselamat umat manusia (Yes.53) dan karunia Roh Kudus (Yer.31;Yeh.36) yang digenapi dengan kehadiran Tuhan Yesus di bumi (kitab Injil) dan kedatangan Roh Kudus di hari pentakosta (Kis.2). Masa Perjanjian Baru tidak meniadakan hukuman Allah namun hukuman itu ditunda dengan suatu masa anugerah. Pada Akhir Zaman hukuman akan dijalankan sekaligus. Dalam Perjanjian Baru, Yesus menggenapkan pperan imam, nabi dan raja dalam PL, dan bukan hanya itu, Ia juga telah menjadi Imam Besar lebih besar dari Malkisedek dan menjadi Tuhan yang hadir di tahta Allah.
(T-3) YESUS UNTUK UMAT YAHUDI SAJA? Bukankah dalam Alkitab disebutkan bahwa Yesus hanya menebus umatnya sendiri yaitu umat Yahudi dan bukan seluruh umat manusia? Bacalah Mat.1:21;15:24;Kis.5:31.
(J-3) AYAT-AYAT di atas tidak salah, namun harus dilihat artinya lebih luas dalam konteks Perjanjian Baru. Memang semula prioritas penebusan dosa diberikan kepada umat pilihan yaitu umat Israel, namun ada ayat-ayat lain yang menyebutkan bahwa Yesus juga akan menebus umat manusia. Yoh.3:16 menunjukkan bahwa ‘Allah mengasihi isi dunia sehingga dikaruniakan Anaknya yang tunggal’, ini berarti bahwa penebusan dan keselamatan juga ditawarkan kepada seluruh isi dunia selagi Yesus hidup, demikian juga ketika Yesus hidup Ia beberapa kali menyelamatkan orang asing termasuk penghulu laskar, dan baru setelah kebangkitan-Nya, Ia menyuruh agar kita memberitakan Injil ke ‘seluruh dunia’ dan menjadikan ‘semua bangsa murid-Nya’ (Mat.28:19-20).
Hari Pentakosta (Kis.2) menunjukkan dengan jelas bahwa Injil bukan saja menjadi hak umat Yahudi namun seluruh umat manusia dari berbagai bangsa, dan Injil diberitakan bukan saja diberitakan kepada umat Yahudi, tetapi juga kepada Orang Samaria (Kis.8) dan orang asing (Kornelius, Kis.10).
Sekalipun perintah Tuhan Yesus jelas, Petrus masih ragu-ragu sehingga ia enggan menolong Kornelius, tetapi Tuhan sendiri menyatakan pada Petrus bahwa keselamatan juga diberikan kepada orang asing. Dengan demikian kita mengetahui bahwa keselamatan diberikan kepada semua orang, tetapi prioritas misi Yesus mendahulukan pelayanan terhadap umat Yahudi, baru melalu murid-murid-Nya pelayanan itu meluas sampai ke ujung bumi.
(T-4) TAURAT BAGI UMAT KRISTEN. Kalau begitu, apakah berarti bahwa umat Kristen tidak lagi perlu menjalankan Taurat, dan selain itu juga Perpuluhan dan Sabat yang menjadi bagian ritus Taurat?
(J-4) UMAT Kristen tidak lagi memandang Taurat sebagai kumpulan hukum-hukum kaku yang harus dituruti secara harfiah, soalnya, Tuhan Yesus telah membebaskan kita dari kutuk Torat, karena itu umat Kristen sekarang menjalankan KASI sebagai bagian kehidupan ibadahnya. Ibadah PL yang jasmani digantikan oleh ibadah PB yang rohani. Umat Kristen tidak lagi membakar kurban bakaran melainkan menjadi kurban untuk sesamanya karena Tuhan Yesus telah mendahului kita menjadi kurban itu sendiri (1Yoh.3:16). Demikian juga Umat Kristen tidak lagi menjalankan Sabat Yahudi melainkan melakukan pertemuan-pertemuan mengenang kebangkitan Yesus pada hari Minggu sambil memecah roti dan berdoa. (Untuk soal Sabat & Minggu silahkan membaca Artikel nomor 047 pada milis ini).
Persepuluhan yang merupakan bagian adat Yahudi untuk membiayai Bait Allah dan kehidupan para Imam, karena kurban dan persembahan telah dilunasi oleh Yesus dan jabatan imam sudah digantikan oleh Yesus sekarang sampai selama-lamanya, maka sistem persepuluhan Perjanjian Lama tidak diperlukan lagi. Kecuali mengkritik orang farisi yang menjalankan persepuluhan tetapi tidak melakukan kasih, kesetiaan dan keadilan, Yesus dan para Rasul tidak pernah mengajarkan persepuluhan baik kepada umat Yahudi maupun umat yang berasal dari suku non-Yahudi. Itu tidak berarti bahwa umat Kristen tidak memberikan persembahan, namun seharusnya persembahan umat Kristen seharunya lebih besar, bukan sebagai syariat yang dipaksakan, namun sebagai buah-buah kasih karena Tuhan Yesus telah menebus dirinya.
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm.12:1-2).
A m i n!Salam kasih dari Herlianto/YABINA ministry