Artikel 9_ 2007
AMAZING GRACE
Ditengah maraknya diputar film-film bertema horror dan sadis yang ‘other worldly’ semacam Necro Mancer dan Beowulf, menarik melihat DVD film berjudul ‘Amazing Grace’ yang menunjukkan dengan gamblang bagaimana agama (yang dituduh Karl Marx sebagai candu bagi masyarakat itu) menggerakkan umatnya untuk berkarya besar bagi kemanusiaan dan menjadikan agama itu sebagai ‘this worldly’ (Immanuel).
Tepat seperti yang diucapkan oleh salah seorang anggota Parlemen Inggeris di ruang sidang dalam film itu ketika undang-undang penghapusan perdagangan budak berhasil diloloskan, bahwa orang biasa menganggap kepahlawanan itu seperti yang dibawa Napoleon yang pulang dengan kemenangan militer demi menggapai kerajaan dunia, tetapi William Wilberforce telah menunjukkan kepahlawan dengan cara damai yang dengan tepat ditulis disampul DVD film itu bahwa: “One Voice Changed The Lives of Millions.”
Judul film Amazing Grace mengingatkan kita akan sebuah lagu rohani yang begitu syahdu yang sering dinyanyikan di gereja dan pada waktu mengantar seseorang yang telah meninggal dunia dan lebih indah lagi kalau diiringi alunan musik tiup Skotlandia! Ternyata dibalik lahirnya lagu itu ada peristiwa sejarah yang luar biasa yang sangat menggerakkan sanubari kita dan perlu senantiasa menggerakkan iman umat Kristen akan perannya di dunia nyata!
Tidak jelas apa hubungan langsung antara lagu ini dengan penghapusan perdagangan budak di Inggris di awal abad XIX, namun tak bisa disangkal ada hubungan timbal balik antara keduanya karena keduanya hadir pada kurun waktu yang sama sekitar tokoh-tokoh tertentu.
Film drama sejarah yang diusahakan sesuai dengan kejadian sebenarnya itu terutama bercerita mengenai seorang anggota Parlemen Inggeris yang masih muda bernama William Wilberforce yang mengalami pembaharuan hidup setelah iman tradisionalnya dibangunkan oleh Injil, dan ia juga terinspirasi oleh tokoh yang mengalami hal yang sama yaitu John Newton pendetanya, yang mengalami pertobatan yang indah.
John Newton (1725-1807) adalah seorang keturunan pembuat kapal dari Inggris dan ibu yang mengajarinya iman Injil pada sebuah gereja non-konformis (non mainline) yang meninggal dunia ketika John masih berumur 6 tahun. Sejak umur 11 tahun John diajak ayahnya berkelana di laut dan ketika ayahnya pensiun, ia disiapkan untuk menjadi majikan budak-budak di Jamaica, namun setahun kemudian ia dipaksa masuk ke dalam dinas angkatan laut Inggris dengan pangkat perwira menengah. Karena berusaha melarikan diri dari dinas, ia dipenjara dan diturunkan pangkatnya menjadi sekedar pelaut. Atas permintaannya sendiri, John ditunjuk berdinas di kapal pengangkut budak menuju ke Afrika, di sana ia kemudian menjadi pelayan pedagang budak.
Lima tahun kemudian John ditolong kapten kapal yang diminta oleh ayahnya untuk menolongnya. Ketika kapalnya nyaris tenggelam, ia berdoa dan mengalami pertobatan yang sangat terkesan dalam dirinya. Sekembali ke Inggris ia mulai rajin membaca Alkitab dan tahun 1748 menjadi titik balik kehidupannya dan ia meninggalkan kebiasaannya yang duniawi, berjudi dan peminum, namun ia masih bekerja dalam perdagangan budak bahkan sempat menjadi kapten pada tiga kapal pembawa budak, dan baru pada tahun 1754 setelah mengalami sakit serius ia mengalami pertobatan yang penuh dan meninggalkan dunia perdagangan budak.
John Newton kemudian belajar agama untuk menjadi pendeta, namun baru sepuluh tahun kemudian di tahun 1764 ia diangkat sebagai pendeta di Olney dan di tahun 1779 diangkat sebagai kepala pendeta di gereja Mary Woolnoth di London dimana salah satu jemaatnya adalah William Wilberforce. Ia kemudian bergabung dengan William dalam usaha penghapusan perdagangan budak dan perbudakan itu sendiri. Pada tahun 1787 ia menulis traktat berjudul ‘Thoughts Upon the African Slave Trade’ yang mengungkapkan pengalamannya hidupnya sendiri. John banyak menulis lagu-lagu indah antara lain lagu ‘Amazing Grace’ (1772), ia meninggal pada tahun 1807 dengan penglihatan yang makin merosot sampai menjadi buta. Pertobatan dan pelayanannya sangat didukung isterinya bernama Mary Catlett teman masa kecilnya yang meninggal pada tahun 1790. Tiga tahun kemudian ia menulis ‘Letters to a Wife.’
Bait pertama lirik lagu Amazing Grace menggambarkan perjalanan hidup rohani John Newton dari seorang kapten kapal pengangkut budak menjadi kapten kapal rohani yang membawa ribuan umat Tuhan termasuk para budak yang telah dibebaskan dari kuasa perbudakan. Bait itu berbunyi:
“Amazing Grace (How sweet the sound).
That sav’d a wretch like me!
I once was lost, but now am found,
Was blind, but now I see.”
Pendeta John Newton tetap berkotbah seluruh akhir hidupnya sekalipun diakhir hidupnya ia menjadi buta, dan ia meninggal dunia pada bulan Desember tahun 1807 beberapa bulan setelah Undang-Undang Penghapusan Perdagangan Budak disetujui oleh Parlemen Inggeris.
William Wilberforce (1759-1833), sejak kecilnya lahir dalam keluarga ternama dan kaya namun ditinggalkan ayahnya yang meninggal ketika ia baru berumur 8 tahun. Ia banyak dibimbing dengan semangat Injil oleh bibinya Hannah yang menjadi mengikut George Whitefield, penginjil Inggeris yang terkenal sebagai pelopor Methodisme.
Sejak kecil ia berbakat belajar dan mencapai gelas sampai Master di Cambridge, dan kemudian ia menginjak dunia politik dan sudah menjadi anggota parlemen Inggeris pada umur 21 tahun dan terus menjadi anggota parlemen selama 45 tahun lamanya. Seorang politisi dan filantropist yang mahir berpidato dan adalah teman dekat William Pitt yang kala hidup William pernah menjadi perdana menteri Inggeris dan bersama-sama mendukung pembebasan perbudakan.
Kecintaannya kepada kemanusiaan diperkuat ketika pada tahun 1785 ia mengalami pertobatan menjadi seorang kristen yang mengalami perubahan hidup. Ia banyak mendapat dukungan iman dari pendetanya John Newton, penulis lagu Amazing Grace. Pengalaman pertobatan John sangat terkesan dalam diri William dan dorongan John Newton (dan juga Sir Charles Middleton dan William Pitt para perdana menteri pada masa hidupnya) agar ia ‘melayani Tuhan dalam kondisi dimana ia berada sebagai politikus’ mendorong William Wilberforce menjadikan pertobatan John sebagai pendorong melayani dengan tekun usaha penghapusan perdagangan budak dan perbudakan itu di Inggeris. Lagu Amazing Grace menguatkan semangat perjuangannya, apalagi ia didukung seorang wanita yang kemudian menjadi isterinya bernama Barbara Spooner. William Wilberforce tetap melayani didunia politik dan gerejawi melalui kesaksian hidup tanpa secara eksplisit berbicara tentang penginjilan.
Pada tahun 1787 ia mengadakan kontak dengan Thomas Clarkson (penulis Essay on Slavery) dan kelompok Injilinya yang anti perdagangan budak. Dengan pejuangannya yang tidak mengenal lelah Wlliam berhasil meloloskan ‘Slave Trade Act’ di tahun 1807 (tahun kematian John Newton, pembimbing rohaninya). Ia juga meletakkan dasar pelayanan yang luas, seperti ‘Paguyuban Untuk Menekan Kekejaman, Sekolah-sekolah Amal, Memperkenalkan Kekristenan ke India, ikut meletakkan dasar Church Mission Society, Paguyuban Pencinta Binatang, dan penghapusan hukuman mati dengan pembakaran.
Setelah perjuangannya yang tidak mengenal lelah sebagai pelopor usaha penghapusan perdagangan budak dan perbudakan, pada tahun 1833 keluarlah ‘Slavery Abolitian Act’, Undang-Undang ini mengawali jalan kearah diakhirinya perbudakan dalam segala bentuknya di koloni-koloni Inggeris. Tiga hari setelah Rencana Undang-Undang Penghapusan Perbudakan itu disetujui parlemen, Wlliam Wilberforce meninggal dunia pada umur 74 tahun meninggalkan isteri dan pendukungnya yang setia dan enam orang anak. Sebulan kemudian Rencana Undang-Undang itu menjadi Undang-Undang. Pada saat penguburannya, dinyanyikan lagu Amazing Grace dengan iringan musik tiup Skotlandia, dan ia dimakamkan di Westminster Abbey bersebelahan dengan teman karibnya dan teman seperjuangannya, yaitu William Pitt, mantan perdana menteri Inggeris yang telah mendahuluinya meninggalkan dunia ini.
Film Amazing Grace memusatkan perhatiannya pada hidup dan perjuangan William Wilberforce yang disusun secara apik dengan sinematografi yang digarap para tokoh film berpengalaman, dan sekalipun mungkin bagi para remaja film ini kurang menarik karena banyak dialog daripada actionnya, bagi peminat film, film ini sangat menarik dari awal sampai akhirnya. Lebih-lebih bagi umat Kristen, film ini bisa menjadi inspirasi yang luar biasa bagaimana seseorang bisa menjadi alat Tuhan tanpa ia harus menjadi pendeta atau penginjil bersertifikat.
Tidak dapat disangkal bahwa lagu Amazing Grace yang dijadikan judul film ini memainkan peran besar dalam kehidupan dan perjuangan William Wilberforce, bukan saja karena pertobatan dan pelayanan penulisnya pendeta John Newton yang dalam film ini digambarkan secara mengharukan, tetapi lirik-lirik dan lagu Amazing Grace memang indah dan bertahan lama sampai sekarang karena ditulis sebagai ungkapan pertobatan. Disamping sebagai seorang orator politik yang ulung, William Wilberforce juga seorang yang berbakat menyanyi yang baik, bahkan dalam film ini digambarkan bahwa disela-sela perdebatan tentang perbudakan di parlemen Inggeris yang cukup panas, Ia menyanyikan lagi ‘Amazing Grace’ yang membuat semua anggota parlemen berdiam diri merenungkan lirik lagu yang digubah seorang kapten kapal perdagangan budak yang kemudian bertobat dan menjadi pendeta yang menolak perbudakan itu.
Film ini dengan latar belakang kehidupan dua tokoh anti perbudakan memberi gambaran yang menarik tentang sisi gelap dan sisi terang orang Kristen, disatu sisi orang Kristen secara tradisional yang digambarkan sebagai anggota parlemen Inggris pada umumnya yang mendukung perbudakan dan tutup mata terhadap keadilan dan hak-hak azasi manusia, dan di sisi lain adanya pertobatan yang sungguh-sungguh yang dialami orang-orang kristen tradisional yang kemudian memberikan hidupnya (commit) kepada Tuhan. Dari yang terakhir ini ada buah-buah kebenaran iman yang menghasilkan dihapuskannya perdagangan budak (1807) dan selanjutnya perbudakan itu sendiri (1833).
Kekristenan bukan sekedar keanggotaan gereja, atau pengakuan akan doktrin yang lurus sesuai tatagereja atau pengakuan telah lahir-baru, tetapi kekristenan yang hidup yang mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri seperti yang digambarkan secara jelas dalam perjuangan John Newton dan terutama William Wilberforce yang dengan baik sekali diperankan oleh kedua pemain dalam film ini. Sekalipun mendapat dorongan dari teman-temannya agar melakukan revolusi, William Wilberforce memilih jalan kasih Tuhan melalui jalan damai yaitu perdebatan politik, dan Ia berhasil!
Kesan kuat yang digambarkan dalam kehidupan William Wilberforce yang diketengahkan dalam film ini adalah bagaimana seorang politikus bisa berkarya bagi Tuhan melalui dunia profesi yang digelutinya. Ini digambarkan dengan gamblang dalam film ini. Willliam Pitt, perdana menteri Inggeris termuda yang diangkat pada umur 24 tahun berkata kepada William Wilberforce yang ingin menjadi pendeta: “Will you use your beautiful voice to praise the Lord or change the world?” yang dijawab dengan tepat oleh tokoh lain dalam film itu: “We suggest you can do both.”
Di tengah-tengah kehidupan kekristenan yang masa kini masih buta terhadap kehidupan kemanusiaan disekeliling mereka, ditengah-tengah kekristenan dengan gedung-gedung gereja megah dan mewah dan para pendeta yang terbiasa naik mobil-mobil mewah dan tidak peduli akan penderitaan jemaat dan masyarakat disekelilingnya, kita bisa belajar dari kedua tokoh John dan William dalam film ini dimana mereka tidak lupa akan penderitaaan para budak di kapal-kapal perdagangan budak yang penuh sesak, kumuh, penuh penderitaan, dan tanpa pengharapan itu. Anugerah yang Menakjubkan (Amazing Grace) bisa dihadirkan oleh mereka yang bekerja untuk Tuhan dan sesama manusia dengan hati yang tulus.
Film Amazing Grace sendiri patut ditonton oleh umat Kristen bahkan baik sekali kalau bisa diputar di gereja-gereja, soalnya film ini bisa menyadarkan umat Kristen akan keberadaannya di dunia ini dan menyegarkan ingatan orang percaya yang ingin mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan, apa yang harus dilakukan oleh seorang Kristen bagi Tuhan dan dunia ini. Saat teduh dan merenungkan firman dan berdoa kepada Tuhan yang dilakukan William Wilberforce sewaktu-waktu ditengah-tengah debat parlementaria sangat menyentuh hati dan jelas merupakan pendorong yang kuat bagi keteguhan iman seorang Kristen. Juga introspeksi kekejaman praktek perbudakan yang ikut dilakukan John Newton yang akhirnya membawanya ke dalam pertobatan dan Anugerah yang Menakjubkan yang kemudian dialaminya merupakan buah-buah kehidupan iman yang sebenarnya (genuine).
Kekristenan sering disalahkan sebagai pendorong kekerasan, ketidak adilan dan ketidak damaian didunia, dan kritik ini tidak salah, tetapi sejarah yang digambarkan dalam film ini menunjukkan sisi terang kekristenan bahwa banyak umat kristen didunia telah mendatangkan kedamaian dan kelemah-lembutan sebagai buah iman mereka.
A m i n !
Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org