Artikel 1_ 2008


 

KALEIDOSKOP 2007


Hari-hari sudah bisa dihitung dengan jari dimana lembaran tahun 2007 akan ditutup dan diganti lembaran baru tahun 2008. Memasuki akhir tahun 2007 biasanya kita mendengar di TV/Radio maupun membaca Koran tentang Kaleidoskop 2007 sebagai kilas balik sepanjang tahun yang segera akan berlalu. Ada apa dengan Kaleidoskop 2007 sekitar pribadi Yesus Kristus?

Pada 26 Februari 2007, di New York diadakan konperensi pers yang mempopulerkan penemuan makam Talpiot yang dianggap tempat mayat Yesus dikuburkan. Konperensi pers ini langsung mendapat sorotan mass-media di seluruh dunia, soalnya disitu dipamerkan osuari tulang-tulang yang dianggap milik Yesus, Maria Magdalena, Maria, Yudah dan Matius yang dianggap sebagai bukti ditemukan kuburan keluarga Yesus. Lebih meluas lagi ketika Discovery Channel memutar film The Lost Tomb of Jesus pada tanggal 4 Maret 2007, sehingga menjadi tayangan yang mengglobal, apalagi film itu disutradarai James Cameron dan Simcha Jacobovici yang telah menerima berbagai piagam perfilman. Simcha Jacobovici adalah orang Yahudi aktivis Zionis yang dalam film itu berambisi untuk membela praduga-tak-bersalahnya Mahkamah Agama Yahudi (Matius 28:11-15) dengan membuktikan bahwa benar mayat Yesus dicuri oleh para murid Yesus dan dipindahkan … ke makam Talpiot!

Bagai gayung bersambut, sehari sebelum Jumat Agung pra-Paskah, pada tanggal 5 April 2007, Ioanes Rakhmat, doktor yang dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, menulis di harian Kompas artikel yang isinya mengaminkan dan mempromosikan film yang kontroversial itu. Namun tokoh  Jesus Seminar di Indonesia yang bertahun-tahun dengan gigih mempromosikan kematian Yesus yang sempat dianalogikan oleh GKI Sinwil Jabar sebagai Galileo Galilee itu, ternyata hanya dalam empat bulan saja, pada bulan Agustus 2007, menarik kesimpulannya tentang kebangkitan Yesus yang dianggapnya sebelumnya sebagai metaforis itu, dan pada bulan yang sama Sinode GKI memperingatkan pendetanya itu secara terbuka pula.

Ternyata film yang mempopulerkan Yesus tidak bangkit dan ditemukan kuburnya di Talpiot itu, mendekati akhir tahun 2007 sudah dilupakan kebanyakan orang. Bahkan, ketika mengunjungi kota Toronto di bulan September 2007, penulis menjumpai kenyataan bahwa di Toronto sendiri dimana penelitian statistik untuk mendukung kebenaran kuburan Yesus dilakukan di Universitas Toronto, banyak orang yang ditanya malah tidak tahu menahu soal kuburan Yesus yang dianggap ditemukan di Talpiot itu. Ini menunjukkan bahwa promosi mass-media belum tentu mewakili pengetahuan masyarakat umum.

Sekalipun film ‘makam Talpiot’ sudah sirna gemanya, semangat menggugat Yesus terus terjadi di tahun 2007, dan pada penghujung tahun di bulan Desember 2007, di Amerika Serikat kembali ditayangkan film ‘The Golden Compass’ yang merupakan buah agenda atheisme. Biasanya buku dan film-film yang menggugat Yesus dan agama Kristen diterbitkan/ditayangkan sekitar hari Paskah (April) dan Natal (Desember).

Membaca ratusan buku yang berkisar gugatan terhadap Yesus Kristus, kita dapat melihat bahwa gugatan itu bukan saja dilontarkan dalam setahun terakhir, tetapi sudah dua ratus tahun lebih gugatan itu bertubi-tubi ditujukan kepada Yesus dan selama itu gugatan-gugatan itu digantikan oleh gugatan-gugatan baru dan sejauh ini belum ada yang mampu meruntuhkan kebenaran isi yang diberitakan Alkitab. Ini dengan tepat diucapkan oleh Hans Kung bahwa: “Debat Kristologi yang timbul sejak munculnya zaman modern belum juga terpecahkan.”

Deretan gugatan-gugatan itu dalam bentuknya yang baru bisa kita amati dalam dua dasawarsa terakhir, dimana mulai banyak buku-buku dan film-film dilontarkan langsung ke publik dan tidak hanya beredar di kalangan ahli-ahli teologi seperti yang terjadi sebelumnya. Pada tahun 1980-an terbit buku ‘The Holy Blood Holy Grail’ yang kemudian disusul serialnya ‘The Messianic Legacy’ namun kritik dari banyak ahli teologi terhadap keabsahan dasar yang digunakan penulis buku itu menyebabkan buku-buku itu terungkap sebagai buku sensasi yang kemudian dilupakan orang.

Pada tahun 1985 lahir Jesus Seminar yang begitu menggebu-gebu ingin menjadikan Kitab-kitab Injil sebagai dongeng yang dikembangkan para penulisnya tetapi menjadikan Injil (gnostik) Thomas sebagai Injil yang benar dan menerbitkan Injil versi scholar dengan judul ‘The Five Gospels.’ Menarik menyaksikan gugatan John Dominic Crossan salah satu pendiri Jesus Seminar yang semula dalam bukunya yang tebal-tebal berteori mengenai kemungkinan Yesus tidak dikubur tetapi mayatnya dimakan anjing-anjing atau binatang pemangsa lainnya, ternyata di tahun 2007 begitu saja ikut-ikutan mendukung hipotesa makam Talpiot yang menganggap ‘Yesus mati tenang-tenang saja dan dikuburkan dengan damai di makam Talpiot dan setahun kemudian tulang-tulangnya dengan aman bisa disimpan dalam salah satu osuari yang ditemukan di makam itu.’

Pada tahun 1988 dibuat film ‘The Last Temptation of Christ’ yang menggambarkan pergumulan nafsu dan iman Yesus dimana sebelum mati di kayu salib ia membayangkan kawin dengan Maria Magdalena yang dalam film dianggap sebagai pelacur, menikahi Maria saudara Marta setelah Magdalena meninggal, dan juga berselingkuh dengan Marta saudara Maria, Yesus memiliki beberapa anak. Akhirnya Yesus mati frustrasi di salib menghadapi pergumulan nafsunya.

Dasawarsa tahun 1990-an kelihatannya sepi film dan buku yang menggugat Yesus, namun pada tahun 1992 terbit buku yang ditulis teolog Australia Barbara Thiering yang di USA diterbitkan dengan judul ‘Jesus And The Riddle of the Dead Sea Scrolls’ dan di Australia dan Inggeris diterbitkan sebagai ‘Jesus The Man.’ Mengenai Yesus disebut bahwa ia di salib, mati dan dikuburkan, namun sebenarnya tidak benar-benar mati karena racun sebab sebelum putus nyawa diselamatkan oleh Simon Magus, ahli obat-obatan, dan kemudian menyelamatkan diri melalui gua-gua Qumran, demikianlah Yesus dianggap ‘mati’ dan bangkit kembali. Kemudian, Yesus memimpin gereja selama sesaat, menikah dengan Maria Magdalena, memiliki tiga anak, kemudian cerai dan kawin lagi dengan Lydia. Thesis buku yang disebut sebagai ‘The Controversial Bestseller That Will Change Forever Your View of Christianity’ ini ternyata di kalangan penulis liberal sendiri ditolak karena argumentasinya lemah.

Memasuki milenium ke-3, di tahun 2003 ditulis buku yang kemudian difilmkan karya Dan Brown berjudul ‘The Da Vinci Code’ yang mengangkat kembali Injil-Injil Gnostik yaitu dengan memanipulasikan kutipan sepotong yang dilepaskan dari konteksnya dari Injil Maria Magdalena dan Injil Filipus yang lalu disimpukan bahwa Maria Magdalena dikawini Yesus dan keturunannya tinggal di Inggeris. Buku itu meledak luar biasa bahkan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa termasuk Indonesia. Buku itu segera menjadi isu terpopuler yang ikut mengangkat kembali buku sesnsasi bertema sama yang ditulis dua puluh tahun sebelumnya yaitu ‘Holy Blood Holy Grail.’

Buku The Da Vinci Code menyebut juga isu bahwa ‘Yesus Diangkat Menjadi Tuhan’ dalam Konsili Nicea pada tahun 325. Isu demikian memang bergema terus karena laku, apalagi dipopulerkan dalam ceramah-ceramah yang VCDnya laris seperti yang dilakukan oleh Irene Handono, dan pada Maret 2006 terbit buku karya Richard E. Rubenstein, seorang penganut agama Yahudi,  ‘Kala Yesus Jadi Tuhan’ yang bahkan menciutkan masalah ‘Yesus Jadi Tuhan’ sebagai pertentangan agama dan politik sekitar tokoh Athanasius dan Arius diseputar Konsili Nicea, padahal dengan kasat mata kita tahu bahwa Alkitab yang ditulis pada abad pertama itu sudah sarat menyebutkan bahwa para murid mengaku ‘Yesus adalah Tuhan’ bahkan diakui oleh Yesus sendiri (Yohanes 13:13). Belum lagi VCD dan buku yang beredar di kaki-kaki lima di Indonesia karya Ahmad Deedat, ahli debat dari Afrika yang laris manis, yang mengemukakan pandangan Ahmadyah bahwa Yesus tidak mati ketika disalib, hanya pingsan, lalu pergi ke India dan mati di Kashmir.

Pada bulan April tahun 2006 ‘Injil Gnostik Yudas‘ meramaikan pentas dunia buku dimana berita tradisional yang menganggap Yudas menghianati Yesus gurunya sekarang diputar-balik menjadi ‘Yesuslah yang menyuruh Yudas menyerahkan diri Yesus untuk disalib agar Kristus selamat lepas dari ragawi Yesus-nya!’ dan pada tahun itupula terbit buku ‘The Jesus Dynasty’ yang menghidupkan kembali fitnah Celsus bahwa Yesus itu anak Maria yang berzina dengan tentara Romawi bernama Panthera! Setahun kemudian di tahun 2007 isu ‘makam Talpiot’ mencuat yang menganggap ‘Yesus menikah dengan Maria Magdalena dan memiliki anak bernama Yudah’ yang osuari ketiganya ditemukan di makam itu, namun baik buku maupun film itu kemudian dilupakan orang dan tidak mengganggu sukacita umat Kristen dalam menyambut perayaan Natal di penghujung tahun 2007 yang terlihat lebih ceria dari tahun-tahun sebelumnya.

Disayangkan ada penerbit besar di Indonesia yang ikut menyebar-luaskan sensasi yang melecehkan Yesus itu, sebab baik Kompas yang memuat artikel provokatif menjelang Jumat Agung itu, saudaranya Gramedia juga menerbitkan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia buku-buku sensasi Jesus Dynasty dan Injil Yudas! Kenyataan ini, mungkin karena mendapat ide dari buku terbitan Jesus Seminar ‘The Five Gospels,’ sampai ada yang menyebut bahwa tahun 2007 merupakan tahun konspirasi ‘The Five Jameses.’ Seperti diketahui isu seputar ditemukannya ‘James’ Ossuary, kemudian mendorong ‘James’ Tabor menulis ‘Jesus Dynasty’ dan isu ini kemudian didongkrak dengan terbitnya film The Lost Tomb of Jesus yang disutradarai oleh ‘JamesCameron dan Simcha ‘Jacob’ovicy dengan Tabor sebagai nara sumbernya, dan buku Jesus Dynasty dan Injil Yudas diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit yang dimiliki oleh yang bernama ‘Yakob’ juga (‘James’ adalah bahasa Inggeris dari ‘Yakobus’).

Apa yang bisa kita pelajari dari Kaleidoskop 2007 dengan kasus ‘makam Talpiot’nya itu?

Pertama, banyaknya buku-buku dan film yang menggugat Yesus perlu mendorong umat Kristen untuk banyak membaca terutama karya-karya penulis-penulis Kristen Konservatif, agar imannya diteguhkan dengan bacaan-bacaan pengimbang yang konstruktif;

Kedua, umat Kristen jangan cepat panik dan reaktif bila ada buku/film baru yang menggugat Yesus yang bernada sinis dan destruktif. Sejarah sudah membuktikan bahwa dalam 200 tahun terakhir belum ada gugatan serius yang seragam, dan selalu tumbuh gugatan baru dengan teori mereka yang baru, yang berhasil menghentikan kebenaran yang dipercayai agama Kristen mayoritas. Iman yang hidup akan semakin teguh ditengah-tengah deru ombak disekitarnya;

Ketiga, kasih dan kesabaran tidak harus membuat umat Kristen acuh-tak-acuh terhadap gugatan-gugatan yang timbul di sekitarnya, tetapi kesabaran perlu ditunjukkan sambil menunggu bila memang ada buku-buku yang mencuat populer secara luar biasa seperti ‘The Da Vinci Code’ maupun ‘The Lost Tomb of Jesus,’ barulah diperlukan tulisan dan buku-buku tanggapan yang mengimbangi dan meneguhkan iman umat percaya yang bisa menunjukkan kelemahan gugatan tersebut.

Penulis di awal Desember 2007 diminta untuk membahas dalam seminar tentang film ‘The Golden Compass’ yang dirilis ke layar lebar tanggal 7 Desember 2007 di USA itu. Sekalipun sudah puluhan halaman berita pro-kontra tentang karya Philip Pullman itu di print-out dari internet dan dipelajari dan DVD film itu juga sudah dimiliki, penulis menjawab agar tidak perlu menanggapi film itu secara tergesa-gesa, karena jangan-jangan maksud hati ingin menolak film itu, tetapi bila dilakukan dengan gegabah, bisa-bisa malah ikut mempopulerkan film itu bak membangunkan ular tidur. Karena itu penulis menunggu untuk ikut serta membahasnya bila film itu ternyata mencuat secara luas di kalangan masyarakat umum seperti yang sudah terjadi dengan buku/film ‘The Da Vinci Code,’ dan film ‘The Lost Tomb of Jesus’ yang dipopulerkan melalui Discovery Channel yang dikenal umum secara global.

Fakta sudah menunjukkan bahwa buku-buku dan film-film yang menggugat Yesus Kristus lebih merupakan sensasi sesaat yang ditulis dan dibuat demi popularitas, uang dan semangat anti-Kristus, karena itu marilah di akhir tahun 2007 ini kita merayakan hari Natal dengan sukacita bahwa dua milenium yang lalu di Betlehem lahir bayi Yesus yang menjadi juruselamat (Kristus) bagi umat manusia, dan kasih Yesus Kristus perlu kita hayati dan amalkan secara pribadi, dan memberitakannya kepada mereka yang selama ini belum merasakan damai sejahtera Allah dalam hati mereka dan terobsesi untuk terus-menerus menyalibkan Yesus, namun karena Yesus sudah bangkit, maka penyaliban yang berulang-ulang sampai menghabiskan paku itu tidak ada gunanya karena ‘Ia sudah Bangkit dan akan datang kembali.’

Kiranya damai sejahtera Tuhan Yesus Kristus menyertai kita di harian Natal 2007 ini.

Amin !

 

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org
 

 


[ YBA Home Page | Artikel sebelumnya]