Artikel 16_ 2008
FAITHFREEDOM
“… kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab kepada kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi dengan lemah-lembut dan hormat.” (1Ptr. 3:15)
Belum lama ini mass-media ramai membahas situs ‘faithfreedom’ yang isinya cenderung menjelek-jelekan agama Islam, dan bukan saja tokoh-tokoh Islam radikal yang men’cap’nya sebagai ulah orang kafir atau orang Kristen, Islam moderat pun juga menyalahkannya sekalipun nadanya lebih lunak dan tidak menyudutkan agama lain sebagai kambing hitam, dan beberapa pejabat pemerintah termasuk MUI pun angkat bicara dan berusaha untuk menghentikan situs yang dianggap menghujat itu.
Tidak lama setelah kasus faithfreedom, situs detik.com melansir isu situs ‘wordpress’ yang ada blog di dalamnya yang juga bernada menghina agama dan nabi Islam. Bukan saja kalangan pihak-pihak yang disebut di atas yang bereaksi keras, tetapi bahkan ahli telematika Roy Suryo ikut berbicara membahasnya.
Gunjang-ganjing mengenai delik ‘penghinaan terhadap agama Islam’ ini memang sudah lama terjadi sebelum kasus kedua situs di atas mencuat ke media. Kita belum lupa kasus ‘Kartun Nabi’ yang diawali penyebarannya di Denmark dan meluas ke dunia-maya, demikian juga tayangan video-clip ‘Fitna’ yang dibuat oleh Geert Wilders di Belanda yang sampai membuat situs video ‘youtube’ yang menyiarkannya sempat diblokir pemerintah RI.
Situs ‘faithfreedom’ sebenarnya bukan dibuat oleh orang Kristen Barat tetapi oleh orang Iran yang menggunakan nama samaran ‘Ali Sina’ yang meninggalkan agamanya semula Islam untuk menjadi seorang yang tidak beragama, kemudian hijrah ke Barat dan disana mendirikan organisasi yang misinya mengkritik praktek agama Islam. Wikipedia menyebutkan tentang Ali Sina sebagai berikut:
“Ali Sina merupakan nama samaran bagi tokoh kritikus agama Islam, atau dapat diklasifikasikan ke dalam Islamofobia. Tokoh ini berasal dari Iran, suatu negara yang menganut Sistem Syariat Islam secara parsial. Di Iran, Ali Sina melihat hukum yang dilakukan berdasarkan Hukum Syariat Islam yang menurutnya sudah tidak layak lagi untuk dilakukan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Atas sikapnya ini, Ali Sina sering disebut sebagai penganut Sekularisme. Ali Sina pergi ke Amerika dan memutuskan untuk menjadi tidak beragama atau atheis. Di sana ia dan timnya mengelola yayasan yang bernama Faith Freedom International. Faith Freedom International atau yang disingkat FFI, mengklaim telah mengungkapkan fakta yang sebenarnya tentang Islam berdasarkan bukti-bukti ilmiah Islam. Walaupun organisasi ini ditujukan untuk mengkritisi semua agama, bahasan yang sering muncul adalah mengenai Islam.”
Mengenai apakah isi pernyataan-pernyataan Ali Sina di situsnya itu benar atau salah bukan urusan umat Kristen karena itu merupakan kritik seorang mantan penganut Islam kepada agamanya semula, tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa biasanya ada kalangan Kristen yang tidak dewasa yang ikut menerjemahkan dan menyebar-luaskannya ke masyarakat berbahasa Indonesia. Jadi sekalipun Ali Sina bukan orang Kristen, namun dengan adanya orang Kristen yang ikut menerjemahkan dan menyebarluaskannya di kalangan berbahasa Indonesia, bisa dimengerti mengapa kekristenan di Indonesia terkena getahnya.
Kita belum lupa akan beredar dan diterjemahkannya buku ‘Islamic Invasion’ karya fundamentalis Amerika ‘Robert Morey’ yang dilakukan oleh orang-orang Kristen tertentu, padahal kita tahu bahwa motivasi Islamic Invasion lebih didasarkan supremasi dunia Barat/Kristen dan melecehkan dunia Arab/Islam. Kesalahan fatal Robert Morey adalah penguasaannya akan ke’Islam’an banyak yang tidak tepat, dan kecenderungannya merendahkan orang Arab/Islam dan bahkan merendahkan nama ‘Allah’ yang dianggapnya sebagai nama berhala kafir atau tepatnya ‘Moon God’ (lihat artikel 4/2005 berjudul ‘Islamic Invasion’ dalam situs www.yabina.org).
Robert Morey menutup mata bahwa selama duapuluh abad sudah ada jutaan orang Arab dan sekarang ada 29 juta orang Arab yang beragama Kristen, dan sekarang ada 4 Alkitab berbahasa Arab yang kesemuanya menyebut nama ‘Allah’ untuk menerjemahkan ‘El/Elohim/Eloah.’ Sebagai perbandingan, Al Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani menerjemahkan ‘Allah’ dengan ‘Elohim’ (Al-Qur’an Tigrem Avrit).
Sayang sekali bahwa berdasarkan fanatisme tertentu, ada saja orang-orang Kristen yang ikut-ikutan menyebar-luaskan provokasi yang dilontarkan oleh Ali Sina, Geert Wilders, maupun Robert Morey, tanpa mereka mengerti apa isi dan motivasi dari orang-orang yang sangat anti Islam/Arab itu. Seorang teman disebuah milis pernah melontarkan pertanyaan: ‘Apakah kita mengabarkan agama ‘anti Islam’ atau ‘agama Kristen’? Pertanyaan ini tepat karena Tuhan Yesus menyuruh para murid untuk ‘Mengabarkan Injil’ (kabar baik) bukan untuk mengabarkan (kabar buruk) tentang agama yang baru lahir 600 tahun kemudian yang tidak disebutkan dalam Alkitab.
Ayat pembuka Renungan ini berbicara mengenai ‘pertanggungan jawab iman Kristen’ atau ‘apologia.’ Ayat itu dengan jelas berbicara mengenai sikap yang harus ditempuh yaitu dengan ‘lemah-lembut dan hormat.’ Suatu sikap yang seharusnya dilakukan oleh umat Kristen dalam berinteraksi dengan umat Islam yang menjadi penganut agama mayoritas di Indonesia. Cara-cara seperti yang ditunjukkan oleh Ali Sina, Geert Wilders, dan Robert Morey yang berisi kata-kata sarkatis, bukanlah cara-cara yang dianjurkan Tuhan Yesus dan para Rasul. Dan bukan hanya itu, cara-cara itu akan menjadi boomerang kemarahan dari pihak Islam dan yang bisa digunakan oleh kelompok radikal di dalam agama Islam untuk meningkatkan kebencian terhadap pengikut agama Kristen di Indonesia, suatu situasi yang tidak menguntungkan usaha kerukunan antar umat beragama yang seharusnya dipopulerkan di kalangan semua agama di Indonesia.
Umat Kristen perlu mengingatkan umat di kalangannya sendiri mengenai bahaya bermain api dengan cara ikut-ikutan menyebar-luaskan berita-berita dan buku-buku dari dunia Barat yang tidak bertanggung-jawab yang tidak mengerti kondisi di Indonesia dimana umat Kristen adalah umat minoritas yang memang sudah mengidap label agama penjajah karena mewarisi pelayanan misi Barat yang datang bersamaan dengan para penjajah.
Marilah kita mendoakan agar Tuhan memberi hikmat pada kita masing-masing sehingga kita dapat memberitakan Injil dengan kesaksian yang baik, yang membangun, dan yang berguna bagi Kerajaan Allah. Amin!
Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org