Artikel 17_ 2008
IBRANI
Ibrani, apakah arti kata itu dan siapakah orang Ibrani itu? Pertanyaan ini penting karena dewasa ini ada umat yang beranggapan bahwa orang dan bahasa Ibrani itu sudah ada di taman Eden bahkan digunakan di surga. Berbeda dengan pandangan ini, catatan Alkitab menunjukkan kenyataan lain.Istilah Ibrani muncul di kitab Kejadian dan ditujukan kepada Abram yang disebut sebagai orang Ibrani (Kej. 14:13). Apakah sebenarnya arti Ibrani itu? Kelihatannya kata itu berasal dari kata ‘ibri’ yang berarti ‘seberang’ yaitu julukan yang ditujukan kepada Abram yang berasal dari seberang sungai Efrat yang menyeberang ke Kanaan (bandingkan Yos. 24:2-3). Kata Ibri juga menunjuk kepada Eber (Kej. 10:21,24,25), cucu Arphaksad anak Sem, jadi termasuk rumpun semitik. Disamping Arphaksad yang menurunkan bangsa Israel, anak Sem lainnya adalah Aram yang menurunkan bangsa Aram.
Bila dilihat dari kedua arti kata ‘Ibri’ itu dapat dilihat bahwa yang disebut orang Ibrani itu baru ada setelah adanya keturunan Eber buyut Sem yang menyeberang ke Kanaan dimulai dengan sosok Abram, jadi pandangan yang menyebut bahwa orang Ibrani sudah ada di taman Eden apalagi di surga tidak ada dasarnya. Abram kemudian dipanggil Abraham (Kej. 17:5).
Keturunan Abraham, yaitu Yakub mulai disebut sebagai Israel (Kej. 32:28) dan keturunannya disebut orang Israel, baru anak Yakub bernama Yusuflah ketika berada di Mesir disebut sebagai orang Ibrani (Kej. 39:14;41:12), panggilan orang Mesir kepada Yusuf yang menjadi budak (Kej. 39:17). Yusuf juga mengaku dirinya berasal dari negeri orang Ibrani (Kej. 40:15).
Setelah Yakub dan anak-anaknya (orang Israel) menetap dan beranak-pinak di Mesir, mereka disebut orang Ibrani (Kel. 1:15;2:6,11,13) dan keturunan orang Aram (Ul. 26:5). Pada saat orang Israel masuk ke Kanaan, mereka disebut sebagai orang Ibrani (1Sam. 13:3), dan pada masa kerajaan, disebut ada orang Ibrani menyeberang sungai Yordan (1Sam. 13:7). Dimasa Perjanjian Baru, dibedakan orang Ibrani dengan orang Yahudi yang berbahasa yunani (Kis. 6:1).
Sekarang, masalahnya adalah, bahasa apakah yang digunakan oleh orang Ibrani? Sebab ada juga yang menyebutkan bahwa karena nama Ibrani berasal nama Eber, maka tentunya bahasa Ibrani sudah digunakan sejak Eber. Kita perlu menyadari bahwa sekalipun bahasa sering dikaitkan dengan keturunan orang tertentu (seperti Aram), tidak selalu nama menurunkan bahasa dengan nama yang sama. Keturunan Arphaksad, anak Sem, tidak menggunakan bahasa Arphaksad, dan sekalipun menurunkan bahasa dengan nama sama dengan nama suku-bangsa, sebagai bahasa, bahasa Ibrani lahir lama sesudahnya dan berasal dari perkembangan bahasa-bahasa disekeliling keturunan ini.
Bahasa berkembang bila terjadi isolasi dari sekelilingnya dan adanya sekelompok orang dalam jumlah banyak menetap dalam waktu lama ditempat yang sama dan beranak-pinak, maka berkembanglah dialek khas kelompok itu. Saudara Sem yaitu Ham, keturunannya karena sejak awal mendiami daerah pesisir Barat (Palestina) kemudian lebih dahulu mengembangkan bahasa Kanaan, sesuai nama anak Ham (Kej. 9:22), bahasa yang kemudian menjadi cikal bakal bahasa Ibrani.
Keturunan Sem menurunkan bahasa rumpun Semitik, dan khususnya anaknya bernama Aram yang menetap dalam waktu yang lama dan beranak-pinak di kawasan Mesopotamia juga lebih dahulu mengembangkan bahasa Aram menurut nama Aram. Namun berbeda dengan itu, bahasa Ibrani tidak segera lahir dari nama Eber. Keturunan Aram dan Arphaksad dan Eber, termasuk Betuil anak Nahor saudara Terah (ayah Abram) dan Laban anak Betuil juga, mereka disebut orang Aram dan menggunakan bahasa Aram (Kej. 11:10-26;24:4;31:20,47) dan tinggal di Padan Aram.
Abram yang berbahasa Aram kemudian ‘menyeberang’ ke Kanaan dan disana ia mengadopsi bahasa Kanaan (dan Amorit) yang sudah lama berkembang dan populer disana. Jumlah keluarga Abraham terlalu kecil untuk mengembangkan dialek sendiri apalagi mereka berkelana. Anaknya Ishak menikahi Ribka saudara Laban dan Yakub anak Ishak menikahi anak-anak Laban, orang-orang Aram berbahasa Aram, sehingga dapat dimaklumi kalau kemudian keturunan Yakub disebut keturunan Aram (Ul. 26:5) karena ibu-ibu mereka orang Aram dan tentu berbahasa ibu Aram juga. Percampuran bahasa ibu Aram dengan bahasa lingkungan Kanaan menjadi bahasa atau dialek keturunan Abraham.
Israel masuk ke Mesir hanya dengan 70 anggota keluarga, di Mesir mereka disebut berbahasa Kanaan (Yes. 19:18), dan karena berada dilingkungan bangsa dan bahasa Mesir yang asing, dialek Kanaan keturunan Israel yang menetap dan beranak-pinak di Mesir berangsur-angsur membedakan diri dari dialek Kanaan yang asli yang sudah lama mereka tinggalkan, dan ketika mereka memasuki Kanaan kembali dalam jumlah besar bahasa keturunan Israel ini sudah dibedakan dengan dielek Kanaan dan disebut sebagai bahasa Yehuda (2Raj.18:26,28; band. Yes. 36:11,13; Neh. 13:24).
Bahasa Ibrani tulisan baru berkembang pada abad XI, dan disebut Ibrani Kuno (Palaeo Hebrew) yang masih bercirikan bahasa Kanaan & Amorit dan menggunakan aksara Kanani/Funisia. Bahasa Ibrani kuno kemudian digantikan dengan Ibrani Kitab Suci (abad VI s/d IV SM) yang dipengaruhi bahasa Aram khususnya huruf pesegi Arami. Sebagian kitab Ezra (4:8 – 6:18; 7:12-26), Daniel (2:4b – 7:28), dan Yeremia (10:11) menggunakan bahasa Aram. Sebutan ‘bahasa Ibrani’ baru muncul dalam literatur Miznah (abad IV SM s/d VII M. Yad. v.4; Git. ix.8), ini pun memiliki perbedaan dengan bahasa yang digunakan dalam Ibrani Kitab Suci. Ibrani Miznah selain dipengaruhi bahasa Aram, juga Yunani dan Latin.
Pengaruh bahasa Aram dalam kehidupan orang Ibrani begitu kuat, sehingga sejak zaman Ezra (abad VI SM) dimana mereka hampir dua abad terbuang di babilonia, bahasa lisan Ibrani sudah kurang populer dan rakyat umum lebih mengerti terutama bahasa Aram daripada bahasa Yahudi terutama mereka yang kawin campur dengan keturunan bangsa lain (Neh.13:23-24), itulah sebabnya ketika Ezra berkotbah di Babel, ia membaca kitab Taurat dalam bahasa Ibrani dan diterjemahkan ke bahasa Aram (Neh. 8:2-9). Setelah kembali ke Yudea, orang Israel umumnya berbahasa Aram, bahasa Ibrani hanya terbatas dalam tulis-menulis kitab Suci di kalangan para Imam dan agama, dan itupun hanya terjadi dilingkungan Yerusalem dan sekitarya. Kalau dalam Perjanjian Baru disebut ‘bahasa Ibrani’ itu maksudnya dialek Aram yang diucapkan lidah orang Ibrani.
Pada abad III s/d II SM, umumnya orang yahudi di luar Yerusalem sudah melupakan bahasa Ibrani dan lebih mengenal bahasa Yunani sebagai akibat ekspansi raja Alexander, karena itu bukannya Tanakh (Kitab Suci Yahudi) yang dilestarikan tetapi Tanakh diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang dikenal sebagai Septuaginta (LXX). Terjemahan ini dikerjakan di Aleksandria (Mesir) oleh 72 tua-tua Israel yang diutus oleh imam besar Eliezer di Yerusalem, dan sekalipun pada tahun 90 M Tanakh dikanonisasikan, bukannya Tanakh yang dipopulerkan, tetapi terjemahan Yunani Septuagintalah yang direvisi beberapa kali, yaitu versi Akwila (130-50 M), Theodoteon (150-85 M), Symmachus (185-200 M), dan Hexapla (Origen, 240-50 M).
Di Sinagoge di luar Yerusalem, kebanyakan Kitab Suci yang dipakai adalah Septuaginta, dan Perjanjian Baru yang ditulis pada abad I M juga ditulis dalam bahasa Yunani (Koine) dengan memasukkan beberapa kata Aram dan Latin. Umat Kristen juga lebih banyak menggunakan Septuaginta, ini kemudian mendorong reaksi bangkitnya Yudaisme di kalangan Rabi Yahudi dengan membuat kanon Tanakh di Yamnia (90 M). Pada hari Pentakosta Petrus berkotbah dalam bahasa Arami atau Yunani tetapi Roh Kudus mendatangkan mujizat sehingga pendengar mendengar dalam bahasa daerah mereka masing-masing, termasuk bahasa Arab (Kis. 2:11).
Ibrani Miznah kemudian digantikan bahasa tulisan Ibrani Para Rabi (abad VII-XIX) yang banyak dipengaruhi alunsuara bahasa Arab yang kala itu bangkit bersamaan dengan kebangkitan agama Islam dan kemudian menduduki Palestina sampai tahun 1917. Baru sejak abad XIX terjadi kebangkitan nasionalisme Yahudi (Zionisme) bahasa Ibrani bangun kembali sebagai alat pemersatu. Pada tahun 1948, Ketika Israel merdeka, bahasa Ibrani Modern menjadi bahasa nasional.
Lepas dari kerinduan sebagian umat yang menganggap bahasa Ibrani bersifat dari kekal sampai kekal dan sempurna dan diidolakan (hebrailatri), kenyataan sejarah menunjukkan bahwa orang Ibrani baru disebut keberadaannya sejak Abram menyeberangi sungai Efrat ke Kanaan, sedangkan bahasa Ibrani baru berkembang kemudian dan berasal dari percampuran dialek Arami dan Kanani & Amorit dan baru kemudian menjadi dialek Kanaan Israel yang berbeda dengan Kanaan yang asli. Bahasa tulis baru berkembang pada abad XI SM menggunakan aksara Kanani/Funisia dan kemudian dipengaruhi huruf persegi Arami, dan disebut bahasa Yehuda. Dalam Miznah (sejak abad IV SM) baru bahasa itu disebut bahasa Ibrani. Sekalipun dialek Kanaan Israel itu digunakan sejak keluaran dan berangsur-angsur menjadi bahasa Yahudi (Yehudit) sampai masa Pembuangan, sejak Pembuangan di Babel (Masa Ezra) bahasa Ibrani hanya menjadi bahasa tulisan suci yang digunakan oleh para Rabi sedangkan bahasa Aram menggantikan bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan dan sesudah itu menjadi bahasa percakapan yang mati dan baru bangun kembali sebagai bahasa percakapan yang hidup sejak abad XIX. Bahasa Ibrani ternyata bersifat labil yang mudah terpengaruh bahasa asing yaitu Aram, Latin dan Yunani, dan kemudian Arab.
Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org