Artikel 8_2011


 

 

 

ORANG SADUKI


“Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. (Matius 22:23)

Berbeda dengan orang Farisi, data mengenai orang Saduki lebih sedikit, namun keduanya sering dibicarakan bersama oleh Tuhan Yesus Kristus, karena sekalipun pandangan keduanya sering bertentangan, keduanya sering hadir bersama dan keduanya berperan besar dalam Mahkamah Agama (Sanhendrin) sekitar masa ketika Tuhan Yesus hidup dan melayani di bumi.
 

Asal Muasal Nama Saduki

Mengenai asal-usul orang Saduki tidak jelas, ada yang berpendapat bahwa orang Saduki berasal dari keturunan Zadok yang di masa raja Salomo dianggap sebagai garis keturunan imam yang murni (Yeh.44:15-;48:11), namun kenyataan menunjukkan bahwa keluarga imam besar Hasmonian bukanlah keturunan bani Zadok, dan adanya huruf ‘d’ ganda dalam tulisan bahasa aslinya (baik dalam kata Ibrani maupun Yunaninya, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan satu huruf ‘d’), kenyataan ini mendatangkan keraguan bahwa nama Saduki berasal dari nama Zadok.

Ada empat teori mengenai siapakah orang Saduki itu: pertama, golongan ini dianggap sebagai partai politik yang aktif dalam percaturan politik Yahudi; kedua, dianggap sebagai partai agama karena peran mereka cukup besar dalam Mahkamah Agama; ketiga, dianggap sebagai kelompok aristokrat di pedesaan (berbeda dengan orang Farisi yang banyak berperan di daerah perkotaan); dan yang keempat dianggap sebagai pejabat pemerintahan. Orang Saduki bersifat eksklusif dan kurang bersahabat kepada pendukung mereka seperti sikap mereka kepada orang asing, karena itu kurang banyak penganutnya di kalangan umum kecuali beberapa pengikut dari kalangan berada.

Orang Saduki umumnya menjadi imam dan pada awal pemerintahan Hasmonian beberapa imam Saduki menduduki kursi di Sanhedrin dan berperan besar sebagai imam termasuk ada yang menjadi imam besar, namun setelah masa Salome Aleksandra (76-67 SM) peran itu dialihkan kepada orang Farisi. Di bawah pemerintahan raja Herodes dan orang Romawi, orang Saduki kembali menduduki sebagian besar kursi Sanhendrin, tapi setelah penghancuran Yerusalem oleh tentara Romawi (70 M), kelompok ini menghilang.

Siapakah Orang Saduki Itu?

Josephuslah yang pertama kali menulis tentang orang Saduki dan dikaitkan dengan keberadaan orang Farisi dan Esenes yang bersama-sama hadir pada saat Jonatan Makabe menjadi Imam Besar di tahun 152-143 SM (Ant.13:171-73). Pada waktu itu orang Farisi yang paling menonjol perannya. Pada masa akhir pemerintahannya John Hyrcanus (135-104 SM), orang Saduki berpisah dengan orang Farisi karena Farisi menghendaki pemisahan  jabatan raja dari imam besar, ini mengakibatkan raja mendekati orang Saduki. Pertentangan meningkat dengan raja Alexander Janneus (103-76 SM) anak John Hyrcanus, namun sebelum ia meninggal dunia, ia menyuruh isterinya Salome Alexandra yang menggantikannya (76-67 SM) agar melibatkan orang Farisi disamping orang Saduki dalam pemerintahannya karena orang Farisi makin meningkat pengaruhnya.

Orang Saduki dalam banyak hal bertentangan dengan Farisi dan memuncak ketika Salome Aleksandra meninggal, Saduki memilih Aristobulus II anak Salome sedangkan Farisi memilih John Hyrcanus II saudara Aristobulus. Ketika Roma menguasai Yudea (63 M) John Hyrcanus II dipilih sebagai Imam Besar.

Orang Saduki Pada Masa Tuhan Yesus Hidup Dibumi

Pada masa kehidupan Tuhan Yesus di bumi seperti yang tercatat dalam Perjanjian Baru, kita dapat menjumpai beberapa keterangan tentang orang Saduki, dan keberadaan serta kehadirannya sering disebutkan bersamaan dengan  orang Farisi (Mat.3:7;16:1,6,11,12;22:23-34; Luk.20:27-28; Kis.4:1,2;23:6-8), bahkan Imam Besar Kayafas adalah pengikut Saduki (Kis.5:17). Kayafas dan orang Sadukilah yang berada didepan dalam mengadili dan menghukum Yesus yang dituduh ingin menghancurkan Bait Allah karena Yesus pernah memberikan perumpamaan tentang Bait Allah yang dirubuhkan dalam tiga hari (Mat.26:3,57; Mrk.14:53-65).

            Orang Saduki terkenal konservatif, mereka hanya mengakui otoritas hukum Torat yang tertulis dan kesucian Bait Allah, tetapi mereka menolak ajaran tentang kekekalan roh, kehidupan sesudah mati dan kebangkitan (Mat.22:23), dan juga tentang adanya malaekat dan setan. Orang Saduki percaya tidak ada takdir atau pemeliharaan Allah, manusia memiliki kehendek bebas dan pilihan bebas untuk menentukan yang mana baik dan mana bukan dan Tuhan tidak berperan disini (Jos: Ant.13:173;J.W.2:164-65). Itulah sebabnya orang Saduki sering berseberangan dengan Tuhan Yesus yang mengajarkan hal itu dan orang Farisi yang mempercayai hal-hal itu.



Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org).

 

 


[ YBA Home Page | Artikel sebelumnya]