TAICHI & YOGA
Adanya pertanyaan semacam itu juga menunjukkan bahwa banyak jemaat curiga terhadap latihan batin Taichi & Yoga sehingga mempersoalkannya. Mengapa sebagian jemaat mengikutinya dan apakah sebenarnya Taichi & Yoga itu sebenarnya sehingga menimbulkan kecurigaan di kalangan jemaat?
Mengapa Mengikutinya ?
Tentu orang mempertanyakan mengapa ada orang kristen mengikuti Taichi & Yoga bahkan ada pendeta yang menjadi pelatih Taichi / Yoga padahal secara eksplisit diketahui bahwa Taichi adalah latihan kebatinan Taoisme dan Yoga adalah latihan kebatinan Hinduisme?
Setidaknya kita bisa melihat adanya tiga alasan umum mengapa ada pendeta/jemaat mengikuti latihan Taichi & Yoga, yaitu:
Pertama, daya tarik promosi kesehatan. Banyak orang mengikuti karena tidak tahu apa sebenarnya Taichi & Yoga tersebut, mereka umumnya tertarik karena Taichi & Yoga dipromosikan sebagai obat untuk kesehatan jasmani dan mengobati penyakit, dan dikalangan jemaat tidak ada penyuluhan dari pihak gereja mengenai hal ini apalagi kalau kalangan gereja sendiri juga kurang mengerti. Biasanya, kalangan ‘kurang tahu’ ini bila telah diberi tahu mereka mengundurkan diri dari latihan tersebut.
Ada cerita menarik belasan tahun silam ketika Taichi ramai dilatih di taman umum disebuah kota di Jawa Tengah. Sebuah gereja karena merasa bertanggung jawab atas kesehatan iman jemaatnya yang banyak yang mengikuti olah batin itu di taman umum bahkan berdampak meninggalkan persekutuan doa gereja di pagi hari, mengundang YABINA untuk memberikan ceramah mengenainya. Ketika ceramah diberikan pada hari pertama, sekalipun tidak ada larangan, ternyata besok paginya, banyak jemaat sadar dan meninggalkan latihan olah batin di taman umum itu dan kembali mengikuti doa pagi di gereja sehingga pelatihan di taman umum itu menjadi sepi pengunjung. Situasi ini membuat marah pengurus olah batin itu sehingga siang-harinya empat wakil mereka termasuk tokoh taichi dan seorang dokter mengunjungi penulis dirumah pendeta dimana penulis menginap dan mengajak bicara untuk mempersoalkan keadaan itu. Mereka marah dan menuduh gereja melarang jemaatnya berlatih.
Dengan kuasa yang diberikan oleh Roh Kudus, YABINA bisa berbicara dengan kasih kepada mereka sehingga nada suara mereka yang semula tinggi lama-kelamaan menjadi merendah dan akhirnya mereka mengundurkan diri. Malamnya pada ceramah kedua kuasa dari Roh Kudus menaungi ceramah tersebut melebihi kekuatan olah batin manusia. Gejala ini menunjukkan bahwa mereka yang terbuka hatinya akan Roh Kudus setelah mendapat penjelasan dalam hatinya timbul kesadaran untuk menghindari pelatihan mistik yang daya tarik promosi kesehatannya menarik itu.
Kedua, sinkretisme. Sinkretisme adalah pencampuran beberapa keyakinan dalam hidup manusia tanpa seseorang menyadari bahwa itu tidak benar. Misalnya seseorang yang menyembah Allah di surga, tapi di rumah mereka menyembah nenek-moyang dengan memelihara abu mereka pada meja sembahyang. Seseorang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus tetapi masih percaya jimat-jimat dan percaya tahyul. Tidak mudah menghadapi hal ini apalagi kalau menghadapi praktek-praktek agama tradisi yang sudah turun menurun dilakukan oleh keluarga.
Ketiga, inklusivisme. Lebih dari sinkretisme karena sikap yang mendua, dalam inklusivisme dipercaya bahwa semua agama itu sama, semuanya menuju ‘Yang SATU itu’ dan tokoh-tokoh agama seperti Sai Baba, Buddha, Yesus, Muhammad, Maitreya, dan lainnya dianggap adalah juru-selamat yang sama yang menjadi perantara (avatar) antara manusia dan ‘Yang SATU Itu.’ Ada pendeta pelatih Taichi, ketika menginap dirumah seorang majelis disebuah kota, tidak mengajak tuan rumah berdoa layaknya doa orang kristen tetapi bersemedi di bawah pancuran di kolam taman yang diinapinya, itu dikeluhkan si majelis. Biasanya pendeta yang menjadi pelatih Taichi/Yoga adalah pendeta yang sudah terpengaruh faham liberal inklusif yang menganggap semua agama itu sama karena itu jalan-jalan keselamatan agama-agama termasuk ‘olah batin agama mistik’ dianggap sama sahihnya dengan jalan doa dan ibadah kristen. Penebusan darah Kristus sebagai jalan keselamatan kristen tidak dianggap unik sebab kita bisa juga menjalaninya melalui disiplin kebatinan misalnya dengan meditasi Taichi atau Yoga.
Apakah Taichi & Yoga Itu ?
Taichi & Yoga adalah latihan kebatinan yang juga dianggap sebagai jalan keselamatan dalam agama mistik seperti agama Tao dan Hindu. Dalam agama mistik tidak dipercaya adanya Tuhan yang berpribadi. Tuhan hanyalah kekuatan Tao atau Brahman dimana roh manusia adalah bagian dari kekuatan itu (Atman bagian dari Brahman). Olah Batin Taichi & Yoga melatih seseorang mengembalikan dirinya kepada sumbernya yaitu ‘Yang SATU Itu’ agar ia memperolah kesehatan sempurna dan kelimpahan hidup terutama melalui meditasi dan olah batin agar terjadi keseimbangan ‘yin-yang.’
Konsep ‘kuasa besar semesta’ yang tidak berpribadi itu bisa dilihat jelas dalam film Star Wars dimana kalau umat Kristen memberi berkat dengan mengucapkan ‘May God be with You’ (God disini berpribadi) maka dalam agama mistik atau yang dikenal sebagai ‘New Age’ ucapan itu menjadi ‘May The Force be with You’ (Force disini hanya kekuatan tak berpribadi).
Dalam agama mistik dipercayai bahwa manusia memiliki kekuatan Chi (dalam Taichi) atau Kundalini (dalam Yoga) yang adalah bagian kecil (micro cosmos) dari kekuatan besar atau chi semesta itu (macro cosmos), dan melalui pelatihan kebatinan (gerakan, nafas, maupun semedi) untuk mencapai keseimbangan “yin & yang,” chi itu akan bersatu dengan sumbernya karena keduanya sehakekat. Dalam beberapa buku Taichi, “chi” itu disamakan dengan “ruach” ibrani atau dengan kata lain “Roh Allah” dianggap sekedar kekuatan besar semesta dan direndahkan menjadi sekedar sehakekat dengan “roh manusia” dan roh manusia ditinggikan menjadi sehakekat dengan Roh Allah.
Ada yang secara sinkretis dan inklusif beranggapan apa salahnya kita bermeditasi (sekalipun mengarah pada kekuatan mistik) asalkan kita mulai dengan doa kepada Tuhan yang Mahaesa yang berpribadi? Keabsahan pandangan ini bisa kita uji dalam meditasi salah satu bentuk olah batin mistik lainnya yaitu ‘Waitankung.’ Dalam Waitankung pada awalnya, untuk membangkitkan ‘energi dasar’ (the force) dalam dirinya dilakukan gerakan-gerakan yang menggetarkan badan sambil bermeditasi mengosongkan diri dengan maksud agar ‘energi dasar’ atau yang disebut ‘sien tien chi’ itu bisa dikembangkan secara penuh dan mencapai keseimbangan agar dapat mencapai penyatuan dengan sumbernya dan manusia menjadi sempurna sehat lahir dan batin. Pengosongan diri dalam meditasi mistik dengan membangunkan kekuatan batin manusia mempertanyakan diri kita: “Mau dikemanakan Roh Kudus Pentakosta yang telah dikaruniakan kepada kita itu?” Apakah Olah Batin itu tidak mengabaikan dan mendukakan Roh kudus yang dikaruniakan didalam diri umat percaya? Suatu penolakan kepada Roh Kudus agar bisa bertumpu pada kekuatan besar yang ada dalam diri manusia. Bukankah Yesus mengajarkan agar kita ‘menyangkali diri’ dan mengikut Kristus?
Dari namanya saja kita bisa melihat falsafah dibalik nama Taichi. ‘Tai’ artinya maha besar / sesuatu yang tak terbatas, ini menunjuk pada dasar falsafah Taoisme yang beranggapan bahwa asal segala sesuatu adalah kekuatan yang maha besar dan yang tak terbatas. ‘Chi’ berarti Inti atau Pusat manusia, atau dengan kata lain melatih ‘Taichi’ berarti membangunkan kekuatan maha besar yang tak terbatas dalam diri manusia agar menyatu dengan kekuatan maha besar semesta.
Dalam Yoga, kekuatan batin / energi dasar itu dinamakan ‘Kundalini’ atau ‘dewi ular.’ Melalui latihan meditasi dan olah batin Yoga kundalini yang sedang tidur di cakra satu / dasar (dibawah organ kelamin) dibangunkan agar mencapai cakra ketujuh / mahkota (di ubun-ubun), maka manusia yang mempraktekkannya akan menjadi mempunyai kekuatan sempurna dimana ia bisa mati kapan ia suka dan untuk mencapai hidup kekal yang sebenarnya.
Akhir Kata . . . . .
Kasus Taichi & Yoga mengajak kita untuk merenungkan sampai dimana kita mengerti dan mengenal Roh Kudus, pribadi Allah yang ketiga itu?
Dari firman Tuhan kita mengerti bahwa orang yang telah percaya, maka Tuhan Yesus Kristus melalui Roh Kudus akan melahirkan kita baru dan akan mendiami kita sebagai ‘Penolong Yang Lain’ (Yoh.14–16). Roh Kudus akan memberi kita kuasa dan kebenaran dan menolong kita dalam menjalani kehidupan kita. Janganlah kita menganggap Roh Kudus atau Roh Allah (yang berpribadi) itu sekedar sebagai kekuatan batin ‘Chi’ atau ‘Kundalini’ karena itu mendukakan Allah. Kita harus memilih antara keduanya, dan kalau kita memilih ‘Roh Kudus’ sebagai pembimbing kita sebaiknya kita mengikuti jalan doa dan kebenaran dan bukan jalan meditasi mistik, sebab kalau tidak kita justru lambat-laun akan terseret masuk ke agama-agama mistik itu.
Pernah seorang gadis di Jakarta ketika masih di SMA rindu menjadi pendeta dan ingin masuk ke STT, sebelum cita-citanya kesampaian, kerusuhan SARA menyebabkan sekeluarga pindah ke negeri Belanda. Di sana, ia bergabung dengan gereja liberal yang tidak lagi membicarakan firman Tuhan dan terbiasa melakukan ‘dialog interfaith’ dan melatih ‘taichi & yoga.’ Beberapa tahun kemudian gadis itu tertarik Buddhisme dan sekarang menjadi biksuni. Kalau kita memasukkan pelatihan kebatinan dan meditasi mistik ‘taici & yoga’ ke dalam gereja dan bukan sebaliknya, maka kita sudah terpengaruh misi mistik kebatinan termasuk agama Taoisme dan Hinduisme yang tanpa kita sadari telah kita masukkan ke dalam gereja.
“Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” (Kol.2:8)
A m i n !
Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)