YESUS DIMAKAMKAN DI KASHMIR ?
“MENJELANG minggu Paskah dimana kita merayakan penangkapan, penyaliban, kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus, setiap tahun ada saja isu-isu yang memberikan alternatif atas berita Alkitb yang dipercayai oleh umat kristen di seluruh dunia terutama pada dua dasawarsa terakhir ini. Mulai minggu ini YABINA akan menyajikan serial artikel seputar kematian Yesus yang diakhiri dengan puncak Paskah yaitu Kebangkitan Yesus.”
Ada berbagai pertanyaan di sekitar kematian Yesus, seperti “Apakah Ia disalibkan atau tidak?, Apakah Ia mati disalibkan atau karena usia tua?, Apakah sesudah disalibkan itu Ia mati, mati suri, atau hanya pingsan?” atau “kalau tidak disalibkan atau tidak mati setelah disalibkan, apa yang dilakukan-Nya kemudian?”.
Berbagai pertanyaan yang kemudian memunculkan berbagai versi itu memang menggugat Yesus yang diberitakan dalam Injil Kanonik, yaitu bahwa Yesus diberitakan dihukum mati, lalu disalibkan dan mati, dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.
Tetapi, berbeda dengan umumnya versi non-Injil Kanonik, Alquran menyebutkan bahwa Yesus tidak mati disalibkan, tetapi tempatnya digantikan oleh orang lain yang diserupakan dengan Yesus.
“Dan karena perkataan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, ‘Isa anak Maryam, seorang rasul Allah.’ Padahal bukanlah mereka membunuhnya dan bukan pula menyalibnya, melainkan orang yang serupa dengan dia. Sesungguhnya orang-orang yang bersalah-salahan tentang Isa itu dalam keraguan, bukanlah dengan pengetahuan, melainkan menurut dugaan saja; dan tidaklah mereka itu membunuh Isa dengan yakin.” (Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, QS 4:157.)
Pandangan Yesus yang tidak disalibkan juga terdapat dalam injil Barnabas, karya penganut Katolik yang masuk Islam dan ditulis pada abad pertengahan (abad XIII/XIV). Dalam injil itu disebutkan bahwa tempat Yesus bukan digantikan oleh orang yang serupa dengan Yesus, melainkan oleh Yudas Iskariot, murid Yesus yang mengkhianati-Nya.
“Lalu oleh mereka diletakkannyalah Mahkota duri itu di atas kepala Yudas. ... Dan bersama ia telah dijatuhi pula hukuman mati disalib atas dua orang pencuri.” (Husein Abubakar & Abubakar Basjmeleh, CV Pelita Bandung, 1970, Indjil Barnabas 217:72, 78, terjemahan dari Bahasa Arab)
Holger Kersten, dalam bukunya, Jesus Lived in India, menyebutkan bahwa Yesus mati dan dikuburkan di India. Kersten mengutip hal itu dari buku The Book of Balaubar and Budasaf, yang menyebutkan kematian Yus Asaf, yang disebut Issa, sebagai berikut:
“Dan ia mencapai Kashmir, yang merupakan daerah terjauh yang ia layani, dan di sana hidupnya berakhir. ... Kuburan Nabi Yus Asaf ada di tengah daerah yang sekarang merupakan kota tua Srinagar, di Anzimar di daerah Khanjar.” (Holger Kersten, Jesus Lived in India, His Unknown Life Before and After the Crucifixion, hlm. 218–219 (terjemahan Indonesia, 2002))
Cerita paling terkenal mengenai Yesus yang pergi ke India dimunculkan oleh seorang wartawan perang Rusia bernama Nicolas Notovitch. Notovitch menulis,
“Dari Muree Issa Almasih masuk ke Kashmir. Ia melalui Aish Muqam yang terletak kira-kira 70 km dari Srinagar. Nama “Aish” itu berasal dari nama “Issa”. Akhirnya ia tiba di Srinagar, di mana ia tinggal dan kemudian meninggal dan berkubur.” (Syafi R. Batuah, Nabi Isa: Dari Palestina ke Kashmir (Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1991), hlm. 30)
Dalam bukunya, Masih Hindustan Men (Almasih di India), Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (yang dianggap nabi terakhir dan pendiri Ahmadiyah) menyebutkan,
“Nabi Isa a.s. tidak meninggal di atas salib dan hanya pingsan. Setelah siuman kembali, beliau meninggalkan Palestina dan menuju daerah-daerah sebelah timur untuk menyampaikan ajaran-ajaran beliau kepada suku-suku Israel yang hilang. Akhirnya beliau meninggal di sana dalam umur 120 tahun.” (Ibid., hlm. 1. Ahmadiyah percaya bahwa Yesus disalib, tapi Ia tidak mati)
Aliran Ahmadiyah sendiri mempunyai teori lain mengenai jasad Yesus setelah kematian-Nya. Menurut sumber lain yang dipercayai oleh mereka, yaitu Aqaqaiat-i-Kashmir, disebutkan,
“Kemudian setelah menjelajahi banyak tempat, Yus Asaf tiba pada daerah yang bernama Kashmir. Ia menjalani seluruh daerah itu dan tinggal di situ dan menghabiskan sisa umurnya di sana, sampai kematiannya mendatanginya, dan ia meninggalkan badan dunia ini dan diangkat ke Cahaya.” (Ibid., hlm. 32)
Arkeolog India, F.H. Hasnain, mengaminkan buku Notovitch itu. Ia berteori bahwa Yesus tidak mati disalib dan di akhir hidup-Nya, Yesus kembali lagi ke India dan meninggal di Srinagar, Kashmir, pada umur yang cukup lanjut, yaitu 115 tahun.
“Yesus tidak wafat karena penderitaan dan penyaliban sebab ia mendapat perawatan. Ia melarikan diri karena menjadi buruan orang Romawi, melalui Persia menuju Kashmir untuk bergabung kepada suku-suku Yahudi yang diasingkan oleh Babylon dan Assyria. Di tempat itu Yesus mencapai umur 115 tahun.” (Lihat tulisan “Apakah Mungkin Benar, Yesus Wafat di India?”, majalah Selecta, Juli 1973. Lihat juga Bab mengenai “Yesus Dikubur di Kashmir?)
Lebih lanjut, Hasnain berteori bahwa di antara sisa keluarga bangsa Yahudi yang terasing itu ada yang bernama Basharat Saleem, yang mengaku keturunan dari Yus Asaf –yang dipercayai sebagai Yesus dari Palestina dan yang kuburannya masih bisa ditemukan di Srinagar, Kashmir, sampai sekarang. Kuburan Maryam juga disebutkan ada di atas bukit di Kota Murree, Pakistan Utara. (Lihat foto-foto dalam buku Batuah, hlm. 32, 33, dan 31)
Sumber yang sama, yang digunakan Ahmadiyah dan Hasnain mengenai “Isa Masih” dan fakta bahwa keduanya menyetujui buku Notovitch yang bohong, menunjukkan adanya pengaruh teologi Islam dan alasan yang direkayasa untuk menunjukkan suatu ketidaksetujuan terhadap data Injil Kanonik.
Versi lain menyebutkan bahwa Yesus pada masa tuanya pergi ke India, Burma, Cina, dan kemudian ke Jepang. Ia akhirnya mati dan dikuburkan di Jepang Utara, yaitu tepatnya di Desa Shingo (Herai). Dalam milis yang memopulerkan hal itu, disebutkan,
“Pada tahun 1935 Kiyomaro Takeuchi menemukan dokumen tua berumur 1900 tahun tersimpan di Ibaraki, Jepang, yang memuat bukti bahwa Yesus (Yoshua) lahir di Betlehem oleh anak dara Maria dikubur di Desa Herai di distrik Aomori, Jepang. Dokumen itu juga memuat wasiat Yesus yang minta dikuburkan di sebelah saudaranya. Dokumen itu begitu autentik dan baru, dan bisa meledak waktu itu sehingga pemerintah Jepang melarang beredarnya dokumen itu dan menyimpannya di tempat terkunci di salah satu museum di Tokyo”. (Lihat “Tomb of Jesus in Shingo Village (Herai) in Japan” pada situs http://www.thiaoouba.com/tomb.htm)
Pada waktu Perang Dunia II museum itu termasuk gedungnya terkena bom dan hancur dengan segala isinya termasuk naskah tersebut. Namun, sebelum diserahkan kepada pemerintah, Takeuchi telah lebih dahulu menyalin dokumen itu dan menyimpannya, yang menurut tradisi disimpan di Herai (nama Herai tidak berasal dari bahasa Jepang, tetapi mirip dengan Hebrew/Hebraic).
Rahasia tradisi di Jepang Utara itu oleh Michel Desmarquet dituliskan dalam bahasa Inggeris dalam bukunya berjudul Thiaoouba Prophecy (Kata theiaoouba bunyinya sama dengan tyehova, yang menunjuk kepada nama Yahweh dalam bahasa Ibrani) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Menurut buku itu, dari dokumen itu ditemukan berita yang berbunyi,
“Yesus (Joshua) dilahirkan oleh seorang dara bernama Maria di Betlehem, setelah malaikat dari Thiaoouba (tyehova) menanamkan embrio, melarikan diri ke Mesir menghindari pembunuhan 2.606 bayi. Setelah mengagumkan para ahli torat pada umur dua belas tahun, ia meninggalkan orang tuanya pada umur empat belas tahun untuk berkelana bersama adiknya yang berumur dua belas tahun, Ourki, ke Burma, India dan Cina. Kemudian ia mendarat di Jepang pada umur lima puluh tahun. Ia menikah di sana, dan memiliki tiga anak perempuan. Akhirnya ia meninggal di Herai setelah tinggal selama 45 tahun di mana ia dihormati dan dicintai semua orang.”