Sambungan dari: Apakah Yesus Dimakamkan di Talpiot ?
 


YESUS
BANGKIT !

 “Di hari Paskah umat kristen merayakan kenangan tahunan ‘Yesus yang Bangkit’ yang membangkitkan kembali ingatan umat beriman akan panggilannya bahwa sebagai umat beriman adalah tanggung jawab umat agar terus memberitakan Yesus yang telah Bangkit sampai kedatangannya ke dua kali.”

Data-Data Yesus Yang Bangkit

Banyak petunjuk di dalam Alkitab mencatat dengan jelas bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati dengan tubuh lama-Nya yang sekaligus diperbarui menjadi tubuh-Nya yang bersifat rohani.

Berikut adalah beberapa petunjuk di dalam Alkitab yang mengarah pada kebangkitan Yesus.

  1. Yesus beberapa kali menubuatkan kematian dan kebangkitan-Nya pada hari ketiga (Mat. 16:21; 17:22–23; 20:19).

  2. Yesus mengumpamakan kebangkitan-Nya dengan pengalaman Nabi Yunus di perut ikan (Mat. 12:40) serta Bait Allah yang dihancurkan dan dibangun kembali dalam tiga hari (Yoh. 2:19-21, bdk. Mat. 26:61).

  3. Keempat Injil (Mat. 28:5–6, Mrk. 16:6, Luk. 24:1-7, Yoh. 20:1–9) mencatat kubur yang kosong. Kubur yang kosong memang tidak membuktikan bahwa Yesus bangkit. Namun, kebangkitan Yesus pasti meninggalkan kubur yang kosong. Dalam hal itu, para musuh Yesus, yaitu para pemimpin Yahudi dan penguasa Romawi, tidak dapat membuktikan bahwa tubuh Yesus tidak lenyap (karena itu disebarkan isu pencurian mayat). Padahal, sepasukan serdadu yang disiplin menjaga kubur itu dengan ketat.

  4. Malaikat mengatakan kepada para murid bahwa “Ia telah bangkit” (Mat. 28:5, Mrk. 16:6, Luk. 24:4–6, Yoh. 20:11–13).

  5. Yesus yang bangkit itu memperlihatkan diri kepada beberapa wanita (Mat. 28:1–10, Mrk. 16:9, Yoh. 20:14–18).

  6. Yesus memperlihatkan diri kepada dua murid di Emaus, mengadakan perjamuan makan dengan mereka, dan kemudian lenyap dari pandangan mereka (Luk. 24:13–15, 30–31, Mrk. 16:12).

  7. Yesus menemui para murid di ruang tertutup dan makan bersama mereka (Mat. 28:9, Mrk. 16:14, Luk. 24:36–42, Yoh. 20:19–23), ini menunjukkan bahwa tubuh Yesus juga bersifat rohani/supra-alami.

  8. Yesus juga menampakkan diri untuk yang ketiga kalinya kepada para murid dan makan bersama mereka di pantai Danau Tiberias (Yoh. 21:1–14).

  9. Yesus secara khusus menampakkan kepada Thomas dan menyuruhnya memasukkan tangannya di bekas paku di tangan dan lambung Yesus (Yoh. 20:24–29).

  10. Yesus menyebutkan bahwa: “Hantu tidak berdaging dan bertulang” dan menyuruh para murid meraba diri-Nya, menunjukkan bahwa Yesus bangkit dengan tubuh lama.

  11. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang (1 Kor. 15:1–8).

  12. Di Bukit Galilea, Yesus secara kasatmata mengutus para murid dengan Amanat Agung penginjilan (Mat. 28:16–20, Mrk. 16:15–18).

  13. Yesus memberkati para murid, lalu naik ke surga di hadapan mereka (Luk. 24:50–51, Mrk. 16:19).

Dari ketiga belas hal itu dapat dilihat bahwa penafsiran mengenai jasad Yesus yang dicuri justru akan menimbulkan masalah baru karena kemungkinannya menjadi lebih gelap. Demikian juga penafsiran bahwa Ia hanya pingsan atau mati suri, hal itu membuka pertanyaan lebih jauh lagi karena penafsiran seperti itu membuka peluang tanpa akhir tentang kepergian Yesus kalau Ia tidak mati, yaitu apakah Ia pergi ke Mesir, Masada, Perancis Selatan, India, atau Jepang? Jadi, di manakah kuburan-Nya dapat ditemukan, di Srinagar-Kashmir, Herai-Jepang Utara, Talpiot-Yerusalem, atau di tempat lain?

Penafsiran yang menganggap bahwa penampakan Yesus itu sekedar halusinasi juga kabur karena tidak mungkin begitu banyak –sampai lebih dari 500 orang sekaligus– dapat mengalami halusinasi yang sama. Jika halusinasi hanya membuat orang termenung dan bingung, kebangkitan tubuh Yesus justru meyakinkan para murid sehingga mereka bangun dan bersaksi dengan berani ke mana-mana.

Penafsiran kebangkitan sebagai metafora itu timbul sebagai akibat penolakan atas kemungkinan adanya mukjizat dan gejala supranatural di alam ini. Namun, jika melihat ketiga belas hal yang sudah dibahas itu, adalah suatu keharusan untuk terbuka dalam melihat kemungkinan adanya kebenaran faktual dari kenyataan kesaksian tentang kebangkitan itu. Memang ada catatan di dalam Injil yang bersifat metaforis. Namun, jangan sampai hal yang literal dijadikan sebagai sesuatu yang metaforis.

Mengenai kebangkitan secara roh yang dipercayai oleh Saksi-Saksi Yehuwa, hal itu juga membingungkan. Kalau Yesus hanya bangkit secara roh, mengapa Ia bisa diraba, dipeluk, makan ikan bersama murid-murid-Nya, dan bisa berdialog dengan wajar? Yesus sendiri mengatakan bahwa hantu (roh penampakan) tidak berdaging dan bertulang seperti diri-Nya. Oleh karena itu, penyataan Injil kanonik mengenai kebangkitan yang bersifat literal itu tidak perlu diragukan lagi dan harus dimengerti dengan keterbukaan hati. Dengan demikian, hal-hal yang bersifat mukjizat dan supranatural dapat diterima karena memang hal itu menjadi bagian dari alam yang berdimensi banyak, yang tidak bisa dibatasi hanya dalam tiga dimensi.

Yesus sendiri bangkit dengan “tubuh lama yang telah diubahkan (ditransformasikan) menjadi baru” sehingga Ia bisa makan dan diraba, sekaligus bisa menghilang dan berpindah di luar tiga dimensi yang membatasi manusia.

Menarik untuk diketahui bahwa sejarawan Yahudi/Romawi pada abad pertama, Josephus, sekitar tahun 60-an, menulis  tentang Yesus yang mati disalibkan dan bangkit pada hari ketiga. 

“Sama seperti waktu ini, Yesus adalah seorang bijak, yang secara hukum bisa disebut orang. Karena Ia melakukan mukjizat-mukjizat, guru semacam itulah yang menerima kebenaran. Ia mengumpulkan banyak pengikut orang Yahudi dan kafir. Ia adalah Kristus. Ketika Pilatus, atas usul pemimpin Yahudi, menghukum-Nya untuk disalib, mereka yang mencintai-Nya tidak meninggalkan-Nya karena Ia menampakkan diri dalam keadaan hidup tiga hari kemudian, seperti yang dinubuatkan banyak nabi dan sepuluh ribu kejadian ajaib mengenai-Nya. Adapun suku Kristen, yang dinamakan dari nama-Nya, suku itu tidak lenyap sampai sekarang.” (Josephus, Antiquities, XVIII,3,3.).

Kesaksian Kebangkitan dan Ledakan Pekabaran Injil

Kisah Para Rasul dan kitab-kitab sejarah pada abad-abad awal mencatat bahwa segera setelah kebangkitan Yesus, terjadi sesuatu yang sangat fenomenal di Yudea dan meluas ke mana-mana. Mengenai hal itu, seorang sejarawan Romawi yang bernama Cornelius Tacitus (sekitar tahun 116) menulis,

“Nero melemparkan kesalahan dan melakukan penyiksaan yang hebat terhadap suatu kelas yang sangat dibenci, yang disebut orang-orang Kristen oleh penduduk. Kristus, dari nama itu sebutan Kristen itu berasal, menderita hukuman yang luar biasa selama pemerintahan Tiberius di tangan salah satu prokurator kita, Pontius Pilatus. Adapun takhayul yang paling jahat, yang dihentikan kala itu, sekali lagi pecah tidak hanya di Yudea, sumber pertama kejahatan itu, tetapi juga di Roma, yang menjadi pusatnya dan menjadi populer, semua yang tersembunyi dan memalukan dari seluruh dunia. Sehubungan dengan itu, penangkapan pertama-tama dilakukan atas semua yang dituduh bersalah. Setelah itu, dari informasi mereka, sejumlah besar orang kemudian dihukum, bukan karena kejahatan membakar kota, melainkan karena kebencian terhadap umat manusia. Segala macam cercaan ditimpakan atas kematian mereka. Dengan dibungkus kulit binatang, mereka dicabik-cabik oleh anjing-anjing dan binasa atau dipaku disalib atau dimasukkan ke dalam api dan terbakar, sebagai nyala yang menerangi malam hari bila sinar siang hari berakhir.” (Cornelius Tacitus, Annals, XV, 44, 116 M. Baca juga Tacitus on Jesus dalam www.wikipedia.org.)

Tacitus menulis penganiayaan-penganiayaan atas umat Kristen itu secara mendetail, termasuk tentang pembakaran Kota Roma oleh Nero. Adapun ungkapan “takhayul yang paling jahat” itu menyiratkan kebangkitan Yesus yang tidak masuk akal.

Berikut adalah beberapa gejala pascakebangkitan yang fenomenal, yaitu di sekitar aktivitas Kristen pada abad pertama.

  1. Terjadi perubahan hidup yang luar biasa dalam diri para murid.

Hal itu hanya mungkin terjadi kalau ada pendorong yang kuat, yaitu Yesus telah bangkit dan berkuasa mengubah hidup. Misalnya, Rasul Petrus yang semula ketakutan menghadapi orang-orang yang bertanya kepadanya sehingga ia menyangkali Yesus sampai tiga kali, berubah menjadi berani berbicara lantang di depan Mahkamah Agama (Kis. 4). Rasul Paulus yang membunuh Stefanus (Kis. 7:54–8:1a) berubah menjadi rasul kebangkitan (1 Kor. 15).
 

  1. Terjadi ledakan pekabaran Injil yang luar biasa ke mana-mana, dan Pekabaran Injil para murid itu bertumpu pada kesaksian kebangkitan Kristus (Kis. 1:21–22; 4:2, 33; 17:18, 32; 23:6; 24:15, 21)

Ketika Yesus disalibkan, para murid ketakutan dan menutup diri di rumah. Namun, kebangkitan Yesus itu mengubah mereka menjadi berani dan tampil bersaksi, termasuk berbicara di Mahkamah Agama, seperti yang dilakukan oleh Petrus  (Kis. 4).
 

  1. Para rasul rela mati bagi kesaksian kebangkitan itu.

Misalnya, ketika Polycarpus menolak untuk menyangkali Kristus dan menyembah kaisar, ia diikat di tiang kayu di atas pembakaran. Namun, ia berkata, “Selama 86 tahun Ia tidak pernah mengecewakan aku, bagaimana mungkin sekarang aku mengecewakan Dia!” Kematian Yesus tidak akan menghasilkan para martir, tetapi kebangkitan-Nya menghasilkan para martir yang rela berkorban tanpa melawan.

Kalau Yesus tidak bangkit dan kuburan-Nya ada di suatu tempat, di Talpiot misalnya, Mahkamah Agama Yahudi tentu tidak perlu repot menyuap tentara Romawi sambil menebarkan dusta. Mereka cukup menunjukkan di mana Yesus dikuburkan, bukan?  Ini berbeda dengan para pengikut Yesus, mereka bersembunyi ketakutan ketika Yesus mati. Akan tetapi,  ketika Yesus bangkit, mereka keluar dengan berani dan rela mati bagi Tuhan mereka yang telah bangkit. 
 

  1. Terjadi perubahan dari hari Sabat” (Sabtu) kehari Tuhan (Minggu) sebagai pertemuan ibadat mingguan para murid.

Hari Sabat yang demikian teguh dipegang oleh tradisi Yahudi mengalami perubahan drastis menjadi hari pertama (Minggu), yaitu hari untuk mengenang kebangkitan Tuhan Yesus. Dalam tiga tahun pelayanan-Nya, Yesus berkali-kali disalahkan oleh pemimpin agama Yahudi karena dianggap melawan hari Sabat. Namun, faktanya kemudian adalah bahwa umat Kristen tidak lagi menjalankan hari Sabat segera setelah Yesus bangkit, yang diceritakan di dalam Kisah Para Rasul. Semua itu tentu hanya bisa terjadi karena fakta sejarah kebangkitan yang nyata secara kasatmata dan meyakinkan.

Meskipun “kebangkitan Yesus dari kematian” tidak dapat dibuktikan secara memuaskan menurut akal manusia yang terbatas, setidaknya banyak bukti sosiologis dan sejarah sudah menunjukkan kemungkinan terjadinya kebangkitan secara daging yang dialami Yesus, karena itu marilah kita bersyukur bahwa Yesus Bangkit dan akan datang kembali! Amin!
 

Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)