Pendidikan Teologi maya 2010
YESUS COPY DARI HORUS ? "Dua gambar disebelah ini menunjukkan adanya kesamaan, yaitu seorang ibu menggendong anaknya di tangan kirinya. Yang pertama adalah gambar patung Isis menggendong Horus dan yang kedua lukisan yang menggambarkan Maria menggendong Yesus. Adanya kesamaan ini digunakan oleh mereka yang menganut teori Mitos Kristus untuk menunjukkan bahwa sebenarnya Yesus anak Maria itu hanyalah tokoh khayal atau hanya copy dari mitos Mesir ‘Horus anak Isis’ karena kemiripan keduanya!” Benarkah? Sejarah Teori Mitos Kristus Teori Mitos Kristus (Christ Myth) sebenarnya sudah lama mencuat sedini abad XIX sejalan dengan penyelidikan ‘Yesus Sejarah,’ keduanya adalah buah dari bangkitnya Rasionalisme/Liberalisme pada abad XVIII-XIX. Dari teori Mitos Kristus, yang paling banyak disama-samakan adalah figur ‘Yesus dan Horus’ karena dianggap mitos sekitar keduanya mirip bahkan yang ekstrim disebutkan bahwa mitos ‘Yesus adalah copy dari Horus.’ Selain penulis-penulis pendukung teori Mitos Kristus seperti Dupuis, Arthur Drews, Alvin Boyd Kuhn, Godfrey Higgins dan lainnya, beberapa penulis yang terkenal meng’isu’kan kesamaam mitos Yesus dan Horus adalah: Gerald Massey, seorang yang mengaku sebagai ahli Mesir dengan belajar sendiri, dalam bukunya Ancient Egypt, the light of the world (1907) mengutarakan bahwa ketuhanan Yesus memiliki akar mitologi yang sama dan merupakan imitasi mitos Horus dari Mesir kuno. Gema ini diulang oleh Acharya S. (D.M. Murdock), seorang penulis, dalam bukunya The Christ Conspiracy: The Greatest Story Ever Sold (1999) mengemukakan bahwa Yesus tidak lain adalah mitos yang direkayasa dari mitos yang sudah ada dan bukan tokoh sejarah yang nyata. Dalam hubungan dengan mitos Horus, ia menulis buku Christ in Egypt: The Horus-Jesus Connection (2009). Gema mitos Mesir ini dilanjutkan Tom Harpur, mantan pendeta Anglikan Kanada dan jurnalis, yang dalam bukunya The Pagan Christ (2004) mengemukakan bahwa semua ide-ide dalam Yudaisme dan Kristianitas datangnya terutama dari agama Mesir. Butir-Butir Kesamaan Para penulis diatas mengemukakan ada banyak kesamaan antara hikayat Yesus dengan mitos Horus dari Mesir, antara lain disebutkan bahwa:
Melihat daftar kesamaan yang dikemukakan, para pembaca buku-buku itu bisa terpengaruh seakan-akan apa yang dikemukakan adalah benar, namun bila kita berfikir kritis dan mempelajari hikayat keduanya secara benar, kita akan melihat bahwa kesamaan-kesamaan itu umumnya direkayasa dan dicocok-cocokkan. Apalagi, berbeda dengan hikayat Yesus dalam Injil yang seragam (sinoptis), dalam mitos Horus terdapat banyak versi yang saling berbeda. Ini ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Yesus tidak saja disamakan dengan mitos Mesir tetapi juga mitos-mitos lainnya disekitar Laut Tengah seakan-akan semua mitos itu saling mengcopy dan Yesus adalah copy yang paling mutakhir. Kritik Para Ahli Kenyataannya, sejak abad XIX sudah banyak penulis menolak teori ‘Mitos Kristus’ bahkan membuktikan sifat sejarah manusia Yesus dalam buku-buku yang mereka tulis. Albert Schweitzer, tokoh Yesus Sejarah, sekalipun menggugat aspek mitos dalam kehidupan Yesus, dalam buku ‘The Quest of the Historical Jesus’ memberikan banyak perhatian dan menolak teori Mitos Kristus yang menganggap Yesus tidak pernah hidup dalam sejarah, baginya, Yesus hidup dalam sejarah sekalipun keilahiannya ditolak. John Dominic Crossan tokoh Jesus Seminar yang gigih menolak ke’tuhan’an Yesus pun menanggapi keyakinan Mitos Kristus sebagai keyakinan bahwa ‘Appolo tidak pernah mendarat di bulan,’ sedangkan Bart Ehrman, teolog agnostik dan penulis ‘Misquoting Jesus’ yang bernada miring terhadap Alkitab sebagai catatan historis pun mengakui bahwa Yesus adalah figur sejarah dan ia mengatakan ‘teori Mitos Kristus sebagai kegila-gilaan (craze).’ Teori Mitos Kristus tidak pernah menerima pengakuan dari para akademisi arus utama, penolakan kalangan akademisi sudah terjadi sejak awal abad XIX dalam buku ‘Historic Doubts Relative to Napoleon Bonaparte’ (Richard Whatley, 1819) dan ‘Grand Erratum’ (Jean Baptiste Peres, 1827) yang menyanggah keraguan Dupuis. Fred C. Conybeare menulis ‘The Historical Christ’ (1914) menyanggah keraguan Arthur Drews, sedangkan Maurice Goguel melalui bukunya ‘Jesus of Nazareth: Myth or History?’ (1926) menolak anggapan latar belakang mitologi sebelum Kristus, sebab kekristenan tumbuh berdasarkan bukti-bukti kuat yang keluar bukan saja dari kalangan kristen orthodox, melainkan dari pihak dosetik, maupun para musuh kekristenan. Injil ditulis sebagai buah para kesaksian saksi-mata dan bukan artikel yang disusun dengan rekayasa. Penolakan teori Mitos Kristus yang lebih mutakhir bisa dibaca dalam buku ‘The Evidence for Jesus’ (R.T. France, 1986), ‘Jesus Outside the New Testament’ (Robert van Hoost, 2000), dan ‘The Jesus Legend: A Case for the Historical Reliability of the Synoptic Jesus Tradition’ (Greg Boyd dan Paul Eddy, 2007) dan banyak lainnya. Menghadapi teori ‘Yesus copy dari Horus’ yang diutarakan Tom Harpur dalam bukunya ‘The Pagan Christ,’ teolog W. Ward Gasque, presiden dari ‘Pacific Association for Theological Studies’ menulis surat kepada 20 ahli-ahli Mesir kuno (Egyptologist) terkemuka di Amerika dan Eropah dan menanyakan pandangan mereka tentang teori yang dikemukakan oleh Tom Harpur dalam bukunya. Dari 10 ahli yang menanggapi, hanya seorang yang pernah mendengar tentang Kuhn, Higgins atau Massey, dan dari 10 itu tidak satupun yang mengaminkan adanya kesamaan antara Yesus dan Horus seperti yang dikemukakan oleh Tom Harpur dalam bukunya. Baik Kuhn, Higgins atau Massey yang mengaku sebagai ahli Mesir itu tidak satupun yang tercatat karyanya dalam buku Ancient Egypt (1925/1942) yang memuat kepustakaan yang ekstensif dari studi Mesir Kuno, dan juga nama mereka tidak tercatat dalam Who Was Who in Egyptology (1995). Dari sini kita dapat melihat bahwa teori Mitos Kristus khususnya dalam hubungan kesamaan Yesus dengan Horus bukanlah hasil ilmu pengetahuan melainkan prasangka ‘pseudo science’ (ilmu pengetahuan semu) yang lebih tepat disebut sebagai ‘fiksi sains’ (science fiction). Kesamaan atau Disamakan ? Sekarang, bagaimana dengan butir-butir yang diklaim sebagai kesamaan antara hikayat Yesus dan Horus? (1) Yesus disebut Anak Allah, Horus disebut anak dewa Osiris; Dalam mitologi Mesir, Horus dianggap anak Osiris dan Isis, ketiganya dianggap sebagai dewa-dewi seperti layaknya dalam mitologi kuno. Sekalipun Yesus disebut ‘Anak Allah’ tidak pernah disebutkan sebagai layaknya dewa-dewi kuno bahkan Maria ibunya dan Jusuf ayahnya juga bukan dewa-dewi. (2) Yesus dilahirkan sama dengan Horus, yaitu dari seorang perawan; Horus tidak dilahirkan oleh perawan, Isis, ibunya kawin dengan Osiris dan tidak ada petunjuk bahwa ia tetap perawan. Yang disama-samakan adalah kelahiran Horus yang aneh, sebab Osiris dibunuh saudaranya Seth dan potongan mayatnya disebarkan dalam 14 potong lalu oleh Isis dikumpulkan kembali dan ia berhubungan badan dengan mayat Osiris sehingga melahirkan Horus. Versi lain menyebutkan bahwa potongan itu ada yang kurang yaitu kemaluan yang kemudian digantikan dengan kemaluan terbuat dari emas dan kemudian berhubungan dengannya sampai melahirkan Horus. (3) Keduanya sama-sama dilahirkan dari ibu bernama Maria dan ayah Joseph; Isis memang dijuluki ‘Mr-ee’ (bhs. Mesir) yang artinya ‘yang dikasihi,’ tetapi ini julukan bukan nama. Nama Ibu Yesus adalah Maria (Luk.1:27, berasal nama Miriam, bhs. Ibrani, Kel. 15:20) dan artinya sangat berbeda. Disebutkan bahwa nama ayah Horus adalah ‘Seb,’ ini nama ayahnya Osiris dan ayah Horus adalah Osiris. Seb adalah bahasa Mesir sedangkan ‘Joseph’ adalah nama Ibrani/Aram yang sudah diberikan oleh Israel kepada anaknya sebelum ia dibawa ke Mesir, keduanya juga tidak sama. (4) Keduanya dilahirkan dari keturunan raja; Kesamaan ini dipaksakan, sebab kita tahu bahwa Yesus adalah keturunan tukang kayu dan kalau disebutkan sebagai keturunan raja maksudnya adalah masih termasuk garis keturunan darah banyak generasi dari Daud (berselang 1 milenium), raja Israel. Horus sebaliknya dilahirkan dari Dewa Osiris dan Dewi Isis, sedangkan Maria dan Yusuf orang biasa. (5) Kelahiran keduanya diberitakan oleh malaekat, terjadi digua, dan disaksikan para gembala; Mitos Horus tidak pernah menyebutkan adanya pemberitaan dari malaekat dan juga kehadiran gembala karena Horus dilahirkan di rawa-rawa, tempat yang tidak biasa digunakan menggembalakan domba. Kelahiran Horus bukan di Gua seperti disebut Acharya, dan Yesus juga tidak dilahirkan di gua tetapi di kandang/palungan. (6) Kelahiran keduanya disaksikan bintang dan malaekat dan dikunjungi tiga tamu; Kelahiran Horus tidak ditandai oleh bintang di Timur. Achaya mengkaitkan kelahiran Yesus dengan konstelasi Orion dimana dipinggangnya terdapat deretan tiga bintang lalu mengkaitkannya dengan tiga orang Majus dari Timur dan Orion dianggap sebagai ‘bintang Horus.’ Injil tidak menyebut adanya tiga orang Majus. Mitos Horus juga tidak menyebut soal peran bintang maupun datangnya malaekat. Bintang Bethlehem lebih merupakan komet yang menunjukkan arah sedangkan konstelasi Orion itu berbeda sekali bentuknya. (7) Kelahiran keduanya terjadi pada peringatan dewa Matahari tanggal 25 Desember; Ada tiga versi tanggal kelahiran Horus dan diantaranya tanggal 25 Desember sebagai anak Matahari, namun perlu diingat bahwa kelahiran Yesus tidak diketahui tanggalnya, Peringatan Natal tanggal 25 Desember adalah kbijakan gereja Roma untuk mengalihkan orang Romawi yang bertobat dari perayaan Matahari dan mengganti peringatan hari itu dengan isi yang baru ‘kelahiran Yesus.’ Sebelumnya gereja Timur merayakan kelahirannya bersamaan dengan pembaptisannya oleh Yohanes Pembaptis pada tanggal 6 Januari yang disebut perayaan ‘Epifania.’ (8) Keduanya saat kelahiran terancam pembunuhan dan dilepaskan oleh malaekat; Horus, kelahirannya ditandai dengan rencana pembunuhan oleh Seth pamannya karena perebutan kekuasaan atas pemerintahan Mesir, dan memang Yesus ingin dibunuh oleh Herodes. Tetapi sekalipun keduanya melibatkan pembunuhan, skenario dan alasannya berbeda. Sudah umum dimana-mana terdapat plot pembunuhan terhadap yang potensial dianggap pesaing. (9) Keduanya mulai melayani pada umur 12 tahun di kuil, dan tidak ada berita mengenai keduanya diantara umur 12 sampai 30 tahun; Tidak ada dalam mitos Horus yang menunjukkan bahwa ia mulai melayani pada umur 12 dan berkotbah di kuil. Yesus tidak menghilang diantara umur 12 sampai 30, Ia bekerja di Nazaret membantu ayahnya sebagai tukang kayu. (10) Keduanya mulai melayani umur 30 dengan dibaptiskan di sungai Yordan; Tidak ada dalam mitos Horus yang menceritakan bahwa ia dibaptis apalagi di sungai Yordan, Horus adalah tokoh mitologi Mesir bukan Palestina. Juga tidak ada cerita mengenai ‘Anup sang pembaptis’ (yang dikaitkan dengan Yohanes Pembaptis) dalam mitos Horus seperti yang disebutkan oleh Acharya. (11) Horus bergelar ‘KRST’ (yang diurapi) seperti Yesus yang bergelar ‘Kristus’; Kata ‘KRST’ dalam kosakata Mesir berarti ‘penguburan’ dan ini bukan gelar, dan dalam Mitos Horus tidak ada cerita yang mengkaitkan kata KRST dengan Horus, apalagi Horus tidak dikubur tapi mayatnya dipotong-potong dan dibuang ke dalam air. (12) Keduanya adalah ‘Penjala Ikan’ yang terkait dengan Ikan (ichtus), Domba, dan Singa; Kesamaan disini adalah mengkaitkan ‘Yesus sebagai penjala ikan’ oleh Massey dikaitkan dengan dewa ‘Oannes’ yang keluar dan masuk dari air. Demikian juga lambang domba dan singa tidak ada dalam mitos Horus. Kerancuan demikian terus menerus dikutip Acharya dan Tom Harpur dalam buku-buku mereka. (13) Keduanya mengangkat 12 murid; Horus hanya memiliki empat murid yang disebut ‘Heru-Shemsu’, dan memang ada cerita mengenai 16 pengikut yang lain, dan sekelompok pengikut yang dinamakan ‘mesnui’ (tukang besi) yang mendampinginya dalam perang tetapi tidak disebut jumlahnya. Tidak ada 12 murid dalam mitos Horus, yang sama disini adalah hanya kata ‘murid.’ (14) Keduanya dapat melakukan mujizat a.l. berjalan diatas air; Sekalipun Horus disebutkan melakukan mujizat tetapi mitos Mesir tidak pernah menyebutkan Horus berjalan diatas air tetapi ia mati dan mayatnya dipotong-potong dibuang di air. Massey mengkaitkan Yesus yang berjalan diatas air dengan tokoh ‘Oannes’ yang muncul dari air pada pagi hari dan masuk kembali ke air pada malamnya. Keduanya tidak sama, yang sama hanya ada kata ‘air’ dan adanya konspirasi yang mencocok-cocokan keduanya. (15) Keduanya mengusir setan dan membangkitkan Lazarus; Horus tidak pernah disebutkan sebagai mengusir setan kecuali memerangi saudara ayahnya bernama Seth. Ia juga tidak membangkitkan ‘El-Osiris’ yang diplesetkan sebagai ‘El-Azarus’ dan kemudian disamakan dengan ‘Lazarus.’ Yang membangkitkan Osiris dalam mitos Mesir adalah isterinya sendiri bernama Isis sebelum Horus dilahirkan. (16) Horus disebut ‘Iusa’ atau ‘anak Suci’ dan berkotbah diatas bukit; Horus tidak pernah disebut sebagai ‘Iusa’ (kata ini tidak ada dalam kosakata Mesir) dan juga tidak pernah berkotbah diatas bukit. (17) Keduanya disalibkan dan bangkit dari kematian; Horus tidak pernah disebutkan sebagai disalibkan. Yang jelas ada versi mitos Mesir yang menyebutkan bahwa Horus mati dan mayatnya dipotong-potong dan dibuang ke laut, kemudian dikumpulkan oleh buaya atas suruhan Isis. Kesimpulan Teori Mitos Kristus yang memperbandingan kesamaan antara Yesus dan Horus bukanlah didasarkan fakta ilmiah, melainkan dicocok-cocokan dengan mengambil beberapa isu yang ternyata tidak ditemukan dalam khasanah Mitos Horus sendiri. Misalnya isu ‘air’ kemudian dikaitkan dengan ‘Yesus berjalan diatas air’ dan ‘Yesus penjala ikan,’ padahal Yesus tidak pernah menjala ikan tetapi menyuruh para penjala ikan menjadi murid-muridnya untuk menjadi ‘penjala manusia’ (seperti mereka menjala ikan). Umumnya para penulis isu Mitos Kristus mengambil kesimpulan-kesimpulan mengenai Mesir dari penafsiran atas penemuan-penemuan pada abad XIX yang belum diverifikasi dengan penemuan-penemuan modern sesudah itu dan studi ilmiah mengenai Mitologi Mesir kuno yang berkembang, dan kemudian isu-isu demikian dikutip terus-menerus sebagai kebenaran, itulah sebabnya para ahli Mesir menyebut teori Mitos Kristus sebagai ‘pseudo Science’ (ilmu pengetahuan semu) yang tidak dibuktikan secara ilmiah tetapi didasarkan anggapan-anggapan yang berkembang diluar ilmu pengetahuan yang teruji di kalangan ahli-ahli Mesir. Teori Mitos Kristus dan mempersamakan Yesus dengan Horus bersifat tendensius dan adalah hasil dari sentimen ‘Anti Kristus’ yang sebenarnya merupakan penolakan terhadap Kristus sebagai Tuhan oleh orang-orang yang tidak menyukainya dan kemudian mengarang cerita-cerita untuk mendiskreditkan kehidupan Yesus dengan meminjam cerita-cerita mitos kuno, sebab bukan saja mitos Horus tetapi setidaknya banyak mitos lainnya seperti Osiris, Attis, Dyonisus, Mithra, Tammuz-Adonis, Hadad, dan Krishna, bahkan lebih jauh lagi ada yang menyamakannya dengan Buddha maupun dewa Norwegia Balder dan Odin yang disamakan dengan Mitos Kristus. Yang menarik mengamati konspirasi ‘anti Kristus’ ini adalah adanya kebohongan yang direkayasa dan disebar-luaskan sebagai kebenaran tanpa ada acuan bukti-bukti ilmiah, kemudian kebohongan-kebohongan itu terus-menerus dipopulerkan sebagai benar sekalipun sudah banyak ahli Mesir yang menyalahkannya. Gossip memang disebar-luaskan tanpa maksud mencari kebenaran melainkan memang bersifat tendensius untuk membengkokkan kebenaran. |